30 Januari 2009

Apa itu berdoa dalam bahasa lidah? Apakah berdoa dalam bahasa lidah merupakan bahasa antara orang percaya dan Allah?

Apa itu berdoa dalam bahasa lidah? Apakah berdoa dalam bahasa lidah merupakan bahasa antara orang percaya dan Allah?



Pertanyaan: Apa itu berdoa dalam bahasa lidah? Apakah berdoa dalam bahasa lidah merupakan bahasa antara orang percaya dan Allah?

Jawaban: Sebagai latarbelakang, silahkan baca artikel yang berjudul karunia bahasa lidah. Ada empat bagian Alkitab yang utama yang dikatakan sebagai bukti berdoa dalam bahasa lidah: Roma 8:26, 1 Korintus 14:4-17; Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20. Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20 menyebutkan “berdoa dalam Roh.” Namun demikian, berbahasa lidah sebagai bahasa doa bukanlah merupakan penafsiran yang mungkin untuk “berdoa dalam Roh.”

Roma 8:26 mengajar kita, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” Dua poin utama membuat sangat tidak mungkin Roma 8:26 merujuk pada bahasa lidah sebagai bahasa doa. (1) Roma 8:26 menyatakan bahwa adalah Roh yang “mengeluh” bukan orang-orang percaya. (2) Roma 8:26 mengatakan bahwa keluhan dari Roh “tidak terucapkan.” Hakekat dasar dari berbahasa lidah adalah mengeluarkan kata-kata.

Dengan demikian kita tinggal memiliki 1 Korintus 14:4-17, dan khususnya ayat 14, “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.” 1 Korintus 14:14 secara khusus menyebut “berdoa dalam bahasa lidah/roh.” Apa artinya? Pertama-tama, mempelajari konteksnya mempunyai nilai yang tak terhingga. 1 Korintus 14 pada dasarnya adalah perbandingan/kontras antara karunia berbahasa lidah dan karunia bernubuat. Ayat 2-5 jelas memperlihatkan pandangan Paulus bahwa nubuat itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan bahasa lidah. Pada saat yang sama Paulus menyerukan nilai dari bahasa lidah dan menyatakan bahwa dia bangga bahwa dia berkata-kata dengan bahasa lidah lebih dari semua (ayat 18).

Kisah pasal 2 menggambarkan kali pertama munculnya bahasa lidah. Pada hari Pentakosta, para rasul berbahasa lidah. Kisah pasal 2 dengan jelas menyatakan bahwa para rasul berbicara dalam bahasa manusia (Kisah 2:6-8). Kata yang diterjemahkan “lidah” dalam Kisah pasal 2 dan 1 Korintus pasal 14 adalah “glossa” yang berarti “bahasa.” Ini adalah kata yang kemudian melahirkan istilah “glossary” dalam Bahasa Inggris. Berbahasa lidah adalah kemampuan untuk berbicara dalam bahasa yang Anda tidak kuasai, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan Injil kepada seseorang yang mengerti bahasa tsb. Dalam wilayah Korintus yang multi kultural nampaknya karunia bahasa lidah sangatlah bermanfaat dan menonjol. Orang-orang percaya di Korintus mampu untuk mengkomunikasikan Injil dan Firman Tuhan dengan lebih baik karena karunia bahasa lidah. Namun demikian Paulus menyatakan dengan amat jelas bahwa bahkan penggunaan bahasa lidah dengan cara seperti inipun bahasa lidah tersebut harus diterjemahkan (1 Korintus 14:!3, 27). Seorang percaya dari Korintus akan berbahasa lidah, memberitakan kebenaran Allah kepada seseorang yang berbicara bahasa itu, dan kemudian orang percaya itu, atau orang percaya lainnya dari gereja tsb, menerjemahkan apa dikatakan sehingga seluruh jemaat dapat memahami apa yang dikatakan.

Kalau demikian apa itu berdoa dalam bahasa lidah dan apa bedanya dengan berbicara dalam bahasa lidah? 1 Korintus 14:13-17 mengindikasikan bahwa berdoa dlam bahasa lidah juga harus diterjemahkan. Sebagai hasilnya nampaknya berdoa dalam bahasa lidah adalah berdoa kepada Allah. Doa ini akan menjadi berkat bagi orang yang mengerti bahasa tsb. namun juga perlu diterjemahkan agar semua jemaat juga dibangun.

Penafsiran ini berbeda dengan penafsiran dari orang-orang yang memandang berdoa dalam bahasa lidah sebagai bahasa doa. Pemahaman ini dapat diringkaskan sbb: berdoa dalam bahasa lidah adalah bahasa doa pribadi antara seorang percaya dan Allah (1 Korintus 13:1), bahwa si orang percaya tsb. menggunakannya untuk membangun dirinya sendiri (1 Korintus 14:4). Penafsiran ini tidak Alkitabiah karena alasan-alasan berikut ini: (1) Bagaimana mungkin berdoa dalam bahasa lidah kalau doa itu harus diterjemahkan (1 Korintus 14:13-17)? (2) Bagaimana berdoa dalam bahasa lidah membangun diri sendiri padahal Alkitab mengatakan bahwa karunia roh adalah untuk membangun gereja dan bukan diri sendiri (1 Korintus 12:7)? (3) Bagaimana bahasa lidah dapat merupakan bahasa doa pribadi kalau bahasa lidah adalah “tanda untuk mereka yang tidak percaya” (1 Korintus 14:22)? (4) Nyata dengan jelas dalam Alkitab bahwa tidak semua orang memiliki karunia bahasa lidah (1 Korintus 12:11, 28-30). Bagaimana bahasa lidah dapat menjadi karunia untuk membangun diri sendiri kalau tidak semua orang percaya memilikinya? Bukankah kita semua perlu dibangun?

Ada pemahaman tambahan mengenai berdoa dalam bahasa lidah yang perlu dibicarakan. Sebagian orang memahami berdoa dalam bahasa lidah sebagai “bahasa kode/rahasia” yang mencegah Iblis dan pengikut-pengikutnya mengerti apa yang kita doakan dan mengambil keuntungan dari pengetahuan itu. Penafsiran ini tidaklah Alkitabiah karena alasan-alasan berikut ini: (1) Perjanjian Baru secara konsisten menggambarkan bahasa lidah sebagai bahasa manusia. (2) Alkitab mencatat orang-orang percaya yang tak terhingga jumlahnya yang berdoa dalam bahasa mereka masing-masing dengan suara nyaring tanpa kuatir bahwa Iblis akan menyadap doa itu. Bahkan sekalipun Iblis dan pengikut-pengikutnya mendengar dan memahami doa yang kita naikkan – mereka sama sekali tidak memiliki kuasa untuk mencegah Allah menjawab doa kita sesuai dengan kehendakNya. Kita tahu bahwa Allah mendengar doa-doa kita dan fakta tsb membuat apakah Iblis dan para pengikutnya mendengar doa-doa kita menjadi tidak lagi relevan.

Setelah mengatakan semua itu bagaimana dengan orang-orang Kristen yang telah mengalami berdoa dalam bahasa lidah dan merasa bahwa itu sangat membangun mereka? Pertama-tama, kita harus mendasari iman dan perbuatan kita pada Alkitab dan bukannya pengalaman. Kita perlu memandang pengalaman kita dalam ternag Kitab Suci dan bukannya menafsirkan Kitab Suci dalam terang pengalaman kita. Kedua, banyak ajaran sesat dan agama dunia yang juga melaporkan peristiwa bahasa lidah/berdoa dalam bahasa lidah. Jelah bahwa Roh Kudus tidak memberikan karuania kepada orang-orang yang tidak percaya ini, Karena itu kelihatan bahwa Iblis bisa memalsukan karunia bahasa lidah. Hal ini seharusnya membuat kita bahkan lebih berhati-hati membandingkan pengalaman-pengalaman kita dengan Kitab Suci. Ketiga, banyak studi telah memperlihatkan bahwa berbicara/berdoa dalam bahasa lidah dapat dipelajari. Melalui mendengar dan mengamati orang-orang berbicara/berdoa dalam bahasa lidah seseorang dapat belajar caranya, bahkan secara tanpa sadar. Hal ini adalah penjelasan yang paling mungkin untuk sebagian besar kasus bahasa lidah/berdoa dalam bahasa lidah yang terjadi di antara orang-orang Kristen. Keempat, perasaan “membangun diri sendiri” adalah sesuatu yang alamiah. Tubuh kita menghasilkan adrenalin dan endorfin ketika mengalami sesuatu yang baru, menggairahkan, merangsang emosi dan/atau terpisah dari pemikiran rasional.

Berdoa dalam bahasa lidah jelas adalah hal yang orang-orang Kristen dapat dengan hormat berbeda pendapat. Berdoa dalam bahasa lidah tidak menentukan keselamatan. Berdoa dalam bahasa lidah bukanlah sesuatu yang memisahkan orang Kristen dewasa dari yang tidak dewasa. Apakah berdoa dalam bahasa lidah adalah bahasa doa bukanlah sesuatu yang mendasar untuk iman Kristen. Jadi sekalipun kami percaya bahwa penafsiran Alkitab soal berdoa dalam bahasa lidah tidak mengarahkan kita utnuk menerima bahwa itu adalah bahasa doa yang bersifat pribadi untuk membangun diri sendiri – kami juga mengenali bahwa banyak orang yang mempraktekkan hal ini adalah saudara/i seiman dalam Kristus, dan layak mendapatkan kasih dan hormat kita.



Sumber : Question

Tidak ada komentar:

Posting Komentar