ROH KUDUS

04 Februari 2009

Karunia Roh Kudus melalui Baptisan

Karunia Roh Kudus melalui Baptisan

Kisah Para Rasul 2:38 - Khotbah oleh Pendeta Eric Chang


Mari kita teruskan penyembahan kita dengan mempelajari firman Tuhan. Hari ini kita perlu mempelajari sesuatu yang sangat penting. Judul yang akan saya pakai untuk khotbah saya pada hari ini adalah: Roh Kudus dan Baptisan. Apakah hubungan antara Roh Kudus dengan baptisan? Saudara kita, Swee Chuan, yang akan dibaptiskan pada hari ini, suatu hari bertanya kepada saya, "Kapan kita menerima Roh Kudus? Sebelum, sesudah, ataukah pada waktu baptisan? Saya berpikir bahwa ini adalah sebuah pertanyaan penting dimana semua orang patut untuk mengetahuinya." Dan, saya sangat bersyukur Swee Chuan menanyakan hal ini. Sebenarnya, saya mau memberikan dia penjelasan lebih dalam namun karena pada hari itu, saya kekurangan waktu untuk menjelaskan kepadanya secara keseluruhan.

Orang Kristen adalah Seseorang yang Memiliki Roh Kudus.
Pertanyaan ini sangat penting sekali berdasarkan alasan yang dikemukakan sebagai berikut, "Siapakah seorang Kristen itu? Apakah artinya menjadi seorang Kristen? Dapatkah seseorang dikatakan sebagai orang Kristen jika ia percaya akan seluruh doktrin gereja? Dan karena ia benar-benar mempercayai semua doktrin tersebut, itu membuatnya menjadi orang Kristen? Siapakah seorang Kristen itu? Apakah ia seorang yang datang ke gereja setiap minggunya? Itukah yang menjadikan Anda seorang Kristen? Apakah seorang Kristen itu seseorang yang memiliki senyuman ala Colgate, Pepsodent, atau apa saja dan ia selalu tersenyum?" Itukah yang menjadi seseorang itu Kristen? Apakah yang menjadikan seseorang itu seorang Kristen? Ataukah itu merupakan kombinasi dari segalanya?

Rasul Paulus menjawabnya di Roma 8:9. Inilah yang menjadikan seseorang itu Kristen: Dia yang memiliki Roh Kudus yang disebut sebagai orang Kristen. Itulah sebabnya Paulus berkata di Roma 8:9, "Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." Jika Anda tidak memiliki Roh Kristus, Anda bukan seorang Kristen. Inilah jawaban Paulus. Kita boleh percaya akan seluruh pengakuan iman rasuli. Kita boleh menerima Alkitab sebagai Firman Allah, yang merupakan bagian dari penyataan iman kita, setidak-tidaknya bagian pernyataan injili. Kita boleh pergi ke gereja secara rutin atau bahkan turut aktif dalam kegiatan gereja. Namun, semuanya itu tidak menjadikan Anda seorang Kristen. Tiada satu halpun di sini yang dapat membuat kita menjadi seorang Kristen. Alkitab memberikan jawabannya untuk hal ini: kita adalah orang Kristen, hanya dan satu-satunya, jika kita memiliki Roh Kudus di dalam kita. Jika kita telah menerima Roh Kudus, maka kita adalah orang Kristen yang sesungguhnya. Tanpa Roh Kudus, sekalipun kita memiliki semua yang disebut di atas, kita tidak akan diakui oleh Kristus. Kita bukan milik-Nya. Ini menunjukkan betapa pentingnya pokok pembahasan ini. Lalu pertanyaannya ialah: kapankah kita menerima Roh Kudus, karena segala sesuatunya bergantung kepada apakah jika kita telah menjadi milik Kristus? Apakah kita sungguh adalah seorang Kristen sejati menurut pengertian Alkitab? Apakah kita telah menerima janji Roh Kudus itu?

Tanpa Roh, Kita Tidak Memiliki Kekuatan untuk Hidup sebagai Orang Kristen
Mengapa penting untuk menerima Roh Kudus? Siapapun yang telah mengenal Alkitab seharusnya mengerti bahwa kita hanya memiliki hidup apabila kita memiliki Roh karena Roh Kudus adalah Roh kehidupan. Kita hanya memiliki kekuatan Roh, kekuatan untuk menjalankan hidup kekristenan kita, pada waktu Roh Kudus diam di dalam kita. Jika kita gagal dalam hidup kekristenan kita, itu justru karena kita tidak memiliki kekuatan Roh. Kita tidak dipanggil untuk hidup di dalam kekristenan yang ideal seperti yang ditulis dalam Khotbah di atas Bukit dengan kekuatan diri kita sendiri. Tidak mengherankan bahwa semua sarjana yang menuliskan tentang Khotbah di Bukit berkata, "Mustahil sekali kita melakukan hal ini. Tidak mungkin kita menjalankan hidup kekristenan yang seperti ini." Tentu saja tidak dapat. Itulah sebabnya Tuhan mengutus Roh Kudus - untuk membuat kita mampu menjalankan panggilan hidup yang mulia ini! Dia tidak pernah bermaksud menjerat diri kita untuk hidup sebagai seorang Kristen dengan kekuatan kita sendiri.

Seorang Kristen adalah seorang yang supra-natural. Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, "Karena perbuatanmu seperti ini, bukankah kamu manusia natural?" Nah, siapa di antara kita yang tidak natural? Tentu saja kita tidak natural. Kita adalah manusia supranatural jika kita adalah orang Kristen menurut pengertian Alkitab. Itulah sebabnya Paulus menantang jemaat di Korintus dengan berkata, "Bukankah engkau hanya manusia biasa? Bukankah engkau hanya natural?" Apakah yang ditantang dalam hal ini? Artinya, "Engkau masih tidak hidup menurut sebagaimana orang Kristen seharusnya hidup - yaitu di dalam kekuatan Roh Kudus!" Itulah sebabnya surat Korintus semuanya berkenaan dengan Roh Kudus. Jemaat Korintus sebetulnya juga menitikberatkan masalah Roh Kudus tetapi mereka lebih gairah tentang karunia-karunia Roh, daripada kekuatan Roh yang tinggal di dalam. Mereka menaruh perhatian pada manifestasi eksternal dari Roh daripada kekuatan batin dari Roh Kudus. Inilah kesalahan lainnya yang banyak diperbuat oleh orang Kristen. Mereka mencari hal-hal yang dapat terlihat. Inilah tandanya manusia yang natural. Manusia rohani tidaklah tertarik akan penampilan luar, atau pertunjukan eksternal. Berbahasa lidah atau tidak, adalah hal yang eksternal. Apakah Anda berbuah Roh dan memiliki kekuatan Roh dalam batin, inilah yang bersifat internal. Hal-hal ini yang lebih berarti!

Pertanyaan Utama: Kapan Anda Menerima Roh Kudus?
Sekarang kita akan membahas suatu pertanyaan penting. Sudahkah Anda memiliki Roh Kudus? Pertanyaan ini lebih penting daripada bertanya, "Sudahkah Anda menjadi seorang Kristen?" yang pengertiannya mengambang karena Anda mungkin tidak mengerti maksud pertanyaan ini sehingga Anda kembali bertanya, "Apakah maksudmu saya sudah menjadi seorang Kristen bahwa saya sudah pergi ke gereja? Apakah saya percaya akan doktrin gereja? Atau, apakah saya harus berlaku sedemikian rupa sehingga terlihat rohani? Itukah yang dimaksud?" Sekali lagi, pertanyaannya adalah: "Apakah engkau memiliki Roh Kudus?" Jika Anda tidak pasti dengan maksud pertanyaan ini, tentu saja, Anda tidak begitu yakin akan artinya menjadi seorang Kristen dalam pengertian Alkitab yang sesungguhnya. Begitu juga Anda tidak mengerti akan arti menjadi seorang murid Kristus. Tahukah Anda jawaban kepada pertanyaan ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengetahui: Bagaimana kita menerima Roh Kudus dan pada waktu kapan kita menerima Roh Kudus tersebut? Di sini jelas kedua pertanyaan ini saling berkaitan. Jangan memberi jawaban yang mengatakan bahwa Anda telah menjadi Kristen selama 10 hingga 15 tahun. Hal itu tidak penting karena persoalannya ialah 10 tahun, 15 tahun dari kapan? Bagaimana Anda menghitung 10 tahun atau 15 tahun itu? Apakah itu terjadi pada saat Anda berlutut dan menerima Yesus sebagai Juruselamat? Atau dari saat Anda menerima baptisan? Kapankah saat itu dan bagaimana caranya kita dapat mengukurnya? Banyak orang dibaptis beberapa tahun sesudah mereka melakukan semacam pengakuan iman. Dan mereka seringkali mengambil tolok ukurnya dari waktu mereka melakukan pengakuan iman. Menurut Anda kapan waktu yang tepat Anda dikatakan sebagai seorang Kristen? Jawabannya menurut Alkitab adalah pada saat Anda menerima Roh Kudus. Inilah satu-satunya pertanyaan yang perlu Anda jawab.

Saya tidak begitu memperdulikan kapan Anda mengangkat tangan pada waktu kesempatan panggilan dalam sebuah KKR atau pertemuan ibadah. Mungkin Anda telah mengangkat tangan Anda dengan hati yang tulus. Tapi apakah itu berarti Anda secara otomatis telah menerima Roh Kudus? Inilah pertanyaan yang harus kita pelajari secara mendalam. Apakah itu berarti dengan mengangkat tangan pada waktu panggilan dalam sebuah ibadah, kita telah menerima Roh Kudus? Sesuaikah hal ini dengan ajaran Alkitab? Barangkali itulah anggapan Anda, dan karena itu Anda menghitung pertobatan Anda dari tanggal Anda mengangkat tangan. Mari kita menyelidiki pertanyaan ini secara lebih mendalam lagi - bukan untuk mengetahui apa jawaban saya. Jawaban saya tidak berarti sama sekali. Jawaban Kitab Sucilah yang penting dan kita akan melihat jawabannya sekarang. Kapan kita menerima Roh Kudus? Apa jawaban Alkitab?

Menerima Roh Kudus seperti yang Disebut di Kisah Para Rasul 2:38
Kita akan menggunakan ayat ini sebagai pedoman untuk mempelajari jawaban yang diberikan firman Tuhan. Di Kisah Para Rasul 2:38, Rasul Petrus sedang berbicara kepada orang banyak di Yerusalem setelah Roh Kudus turun pada hari Pentakosta. Masih ingatkah pada waktu Roh Kudus turun, banyak orang menjadi kebingungan. Karena inilah, orang banyak berkumpul, dan Rasul Petrus berbicara kepada orang banyak itu. Apa yang dikatakannya? Ayat 37 mengatakan ini: "Ketika mereka mendengar hal itu (pengajaran Petrus tentang Yesus), hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Perhatikan bahwa khotbah Petrus dimulai dengan ketuhanan Kristus. Petrus tidak menyampaikan berita Injil yang kosong belaka. Perhatikan kata-kata kesimpulannya di ayat ke 34, "Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" - Kristus adalah kata yang berarti Yang Diurapi, yaitu Raja Israel yang dijanjikan itu.

Menarik sekali di sini bahwa ia berbicara tentang Yesus sebagai Tuhan. Tema inilah yang menusuk hati para pendengarnya. Mereka berkata, "...apakah yang harus kami lakukan?" Betul, apakah yang harus kita lakukan sekarang? Perhatikan ayat ke 38, Petrus menjawab: "Lalu Petrus menjawab, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." Ayat 39: Sebab bagi kamulah janji itu - Janji apa? Janji tentang Roh Kudus! "Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."

Janji ini adalah merupakan janji Tuhan. Janji apakah itu? Seluruh janji Tuhan semuanya terbungkus dalam bentuk karunia Roh Kudus. Jika Anda tidak memiliki Roh Kudus, Anda belum mendapatkan janji-janji-Nya. Janji ini datang kepada kita melalui iman. Karunia Roh diberikan kepada kita melalui iman. Dengan kata lain, jika Anda memiliki iman, Tuhan akan memberikan kepadamu Roh Kudus dan seluruh janji-Nya akan dinyatakan. Tidak ada janji lain diluar dari Roh Kudus itu sendiri. Tanpa menerima kuasa Roh Kudus tidak mungkin ada janji.

Pertobatan adalah Perubahan Total
Perhatikan di sini apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus. Apakah yang harus kami perbuat? Jawabannya jelas sekali. Bertobat! Bertobat berarti perubahan yang menyeluruh dalam kehidupan Anda. Ini menyangkut perubahan pola berpikir yang menyeluruh. Saya telah menjelaskan hal ini sebelumnya, dalam bahasa Yunaninya adalah "metanoia" - perubahan berpikir. Seluruh sikap yang mengalami perubahan. Perubahan ini juga terjadi dalam arah langkah hidup Anda. Inilah yang disebut pertobatan. Pertobatan bukan hanya berarti, "Baik, saya menyesali dosa saya dan meminta maaf." Kesal saja disini belumlah cukup. Pertobatan berarti saya telah berhenti berbuat dosa. Bukan hanya penyesalan tapi hidup saya yang lama telah berhenti sampai di sini. Saya begitu menyesal sehingga saya mengakhiri hidupku yang lama. Inilah pertobatan. Pertobatan bukan hanya sekedar penyesalan, tapi penyesalan yang mendorong saya berbuat sesuatu. Saya akan mengubah seluruh arah hidup saya. Baik, sekarang Anda telah bertobat, lalu apakah langkah berikutnya? "Bertobatlah dan berikan dirimu dibaptis" Petrus tidak mengatakan bahwa pertobatan itu sendiri cukup. Ia berkata: bertobatlah dan berikan dirimu dibaptis.

Gereja pada masa kini telah memperlakukan baptisan dengan sesuka hati. Mereka berbuat sesuka hati mereka. Mereka memperlakukan baptisan sebagaimana mereka memperlakukan segala sesuatu yang berasal dari Allah, sama seperti cara mereka memperlakukan Yohanes Pembaptis. Yesus berkata, "Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka" (Matius 17:12). Hari ini kita memperlakukan Firman Allah, kita memperlakukan baptisan, kita memperlakukan segalanya menurut kehendak kita. Kita berkata, "Oh, baptisan itu tidak terlalu penting. Itu adalah hal yang eksternal. Maksud saya, dibaptis atau tidak itu tidak menjadi soal." Siapa yang mengatakan hal itu tidak penting? "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis." Ini firman Tuhan, bukan saya. Jika firman Tuhan berkata hal ini tidak penting, maka saya berhak mengatakan bahwa baptisan itu tidak penting pula. Tapi firman Tuhan tidak mengatakan itu.

Bertobat, Dibaptis dan Menerima Roh Kudus
Mengapa baptisan itu penting? Mengapa bertobat dan dibaptis merupakan hal yang penting? "...Dibaptis" itu sendiri tidaklah cukup. "Bertobat" itu sendiripun tidak juga cukup. Anda perlu, "Bertobat, dan dibaptis". Anda memerlukan pertobatan internal dan pengakuan eksternal akan pertobatan tersebut di hadapan umum pada baptisan. Anda memerlukan apa yang dari dalam untuk dikeluarkan dalam bentuk ekspresi - mengakui - apa yang ada di dalam hati Anda. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Jika seseorang mengakui Aku di depan manusia maka Aku akan mengakuinya di depan Bapa-Ku." Ia tidak hanya berkata, "Cukuplah percaya pada Aku." Ia berkata, "Percaya pada-Ku dan mengakui Aku di depan manusia. Jika engkau mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakui engkau di depan Bapa-Ku yang di surga." (Mat 10:32). Tetapi gereja berkata, "Percayalah itu sudah cukup. Pengakuan itu tidak penting." Anda cukup menjadi seorang pengikut Tuhan secara diam-diam. Tidaklah demikian! Anda mengakui Dia jika Anda ingin diakui di depan Bapa. Inilah yang penting.

Oleh sebab itu kita perlu bertobat dan dibaptis. Kenapa kedua hal ini dianggap begitu penting? Apakah karena hal ini merupakan bagaian dari peraturan gereja? Ataukah karena hal ini merupakan hal yang dilakukan pada umumnya oleh orang-orang beragama? Sekali-kali tidak. Perhatikan sekali lagi, Alkitab berkata, "maka engkau akan memperoleh karunia Roh Kudus." Inilah jawaban sebenarnya tentang bagaimana menerima karunia Roh Kudus tersebut. Alkitab tidak memberikan kita jawaban yang kurang jelas yang dapat membuat kita menjadi kebingungan. Semua jawabannya terpampang jelas. Bertobat, dibaptis, yaitu dengan mengakui pertobatanmu, maka engkau akan menerima karunia Roh Kudus. Bertobatlah, biarkan hidupmu diubah secara menyeluruh. Cuci bersih dosamu melalui baptisan. Anda berkata, "Wah! Mengapa bunyinya seakan-akan seperti pengakuan seorang Katolik?" Tentu saja karena Alkitablah yang mengatakan demikian.

Mari kita kembali ke pertanyaan semula. Kapankah kita menerima karunia Roh Kudus? Apakah gereja memberitahu Anda bahwa Anda telah menerima Roh Kudus pada saat Anda mengangkat tanganmu? Apakah Alkitab berkata demikian? Kapan Anda menerima Roh Kudus? Pada waktu Anda percaya? Apakah pada waktu Anda berlutut dan membuat pengakuan? Apakah itu saatnya Anda menerima Roh Kudus? Jawaban Alkitab begitu sederhana. "Bertobatlah... dan berilah dirimu dibaptis... maka engkau akan menerima karunia Roh Kudus itu." Lalu berapa lamakah? Apakah Roh Kudus akan berada di dalammu sesaat setelah engkau dibaptis? Atau berapa lamakah setelah dibaptis? Apakah tiga hari sesudah baptisan? Apakah lima hari? Seminggu? Tidak! Pada baptisanlah Anda menerima Roh Kudus. Ini merupakan hal yang luarbiasa. Itulah yang dikatakan Firman Allah. Itulah sebabnya baptisan dianggap begitu penting di Gereja Awal.

Tetapi, apakah yang telah kita lakukan hari ini? Kita memutuskan bahwa kita lebih tahu daripada Alkitab, dan kita memperlakukan Alkitab sesuka hati kita. Tidak menjadi persoalan apakah seseorang telah dibaptis atau tidak. Saya harus berkata bahwa keberanian gereja selalu mengherankan saya. Keberanian beberapa pendeta dan penginjil kadang-kadang juga mengherankan saya. Betapa beraninya kita berbicara seperti ini ketika Firman Allah mengatakan yang sebaliknya! Tentu saja bukan ini saja bukti-bukti yang ada. Kita perlu menelaah Alkitab secara lebih mendalam lagi.

Roh Kudus sebagai Meterai, Pengurapan dan Janji
Roh Kudus digambarkan sebagai tiga hal, atau dengan tiga cara. Pertama, Ia diberikan kepada kita sebagai meterai, yaitu meterai Roh Kudus. Pada waktu kapankah kita menerima meterai tersebut? Sudahkah kita dimeteraikan oleh Roh Kudus? Karena pengajaran yang tidak jelas pada masa sekarang ini, banyak orang Kristen tidak tahu apakah dirinya telah dimeteraikan oleh Roh Kudus atau kapankah mereka menerima meterai Roh Kudus tersebut. Pada masa kini terdapat suatu kesamaran atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Kapankah kita dimeteraikan jika kita dimeteraikan oleh Roh Kudus?

Hal yang kedua adalah Roh Kudus disebutkan sebagai suatu pengurapan. Sekarang pertanyaannya adalah: Kapankah kita menerima pengurapan dari Roh Kudus? Di sini penting sekali buat kita untuk mempelajari hal ini sebab bila kita tidak mengerti akan hal in bagaimana mungkin kita bisa mengetahui bahwa kita telah diurapi atau belum.

Ketiga, Roh Kudus disebutkan sebagai penjamin, sebagai panjar, sebagai semacam uang muka. Topik ini pernah saya bicarakan sebelumnya maka saya tidak akan membahasnya secara lebih mendalam. Kapankah kita menerima jaminan dari Roh Kudus? Kapankah Roh Kudus diberikan kepada Anda sebagai uang muka? Kita juga akan menyelidiki apakah yang dimaksud dengan "dimeteraikan" oleh Roh Kudus. Bukan hanya penting mempelajari kapankah kita dimeteraikan, tapi arti dari meterai itu sendiri.

Di 2 Korintus 1:21-22 kita baca, "Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita." Jadi Dia telah meletakkan meterai-Nya atas kita dan meterai ini adalah Roh Kudus, yang telah diberikan-Nya kepada kita sebagai "jaminan". Jadi, ketiga kata ini dipakai dalam dua ayat ini. Kata "mengurapi" dipakai di ayat 21. Di ayat 22, kita lihat kata "meterai" dan kemudiannya kata "jaminan". Ketiga hal inilah yang dibicarakan sebagai Roh Kudus yang sedang kita bahas ini.

Allah telah melakukan tiga hal kepada kita pada saat Roh Kudus diberikan kepada kita. Dia memeteraikan kita. Dia mengurapi kita. Dan Dia memberikan kita 'jaminan', atau lebih baik 'uang muka', atau 'angsuran pertama'. Ibaratnya kita membeli rumah, kita tidak membayar keseluruhannya terlebih dahulu. Anda memberikan uang muka. Dalam bahasa Yunani aslinyapun berarti "uang muka". Uang muka adalah suatu jaminan bahwa engkau akan membayar sisa uang yang belum dibayar. Jadi uang muka berarti uang jaminan. Ia adalah suatu jaminan bahwa engkau akan membayar seluruhnya. Inilah intinya. Roh Kudus diberikan kepada kita sebagai karunia hidup, sebagai jaminan bahwa Allah akan memberikan kepenuhan akan hidup yang kekal pada Hari dimana kita akan bertemu dengan-Nya muka dengan muka. Kita belum memiliki kepenuhan hidup yang kekal, tapi kita telah memiliki jaminan tersebut. Kita memiliki hidup sekarang, hidup yang memiliki janji kekekalan yang akan datang. Jika Anda diberikan sebuah benih, benih itu sendiri merupakan suatu jaminan, bahwa jika ia dipelihara ia akan bertumbuh dan berkembang sampai menjadi pohon. Inilah yang disebut sebagai dimeteraikan.

Budak Allah yang Dimeteraikan
Meterai Roh Kudus ini juga disebutkan di Efesus 1:13, 4:30 dan Wahyu 7:3 dimana dituliskan "hamba Allah..." atau, lebih tepatnya, "budak Allah" (kata 'hamba' dalam bahasa Yunani artinya "budak") - "hamba Allah dimeterai oleh Allah" Siapakah hamba itu? Seorang hamba adalah seseorang yang dibeli dengan sebuah harga. Bagaimanakah engkau dapat memiliki seorang hamba? Anda pergi ke sebuah pasar dan melihat seorang budak dan Anda membelinya. Orang ini menjadi hartamu, budakmu, dan milikmu. Pada waktu Anda membeli budak tersebut, apakah yang engkau harus lakukan? Pada jaman dahulu, mereka akan menorehkan tanda di badan budak tersebut. Mereka memberi tanda seperti mereka menorehkan tanda di badan sapi seperti yang kita lihat pada jaman ini. Meterai artinya Anda telah menjadi milik Allah. Anda telah dibeli dengan sebuah harga. Anda telah menjadi milik-Nya. Anda dikenal sebagai bagian dari milik-Nya. Seperti Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." (1 Kor 6:19-20)

Maka ini berarti jika Anda memiliki Roh Kudus, apakah yang akan terjadi? Ini berarti Anda telah menjadi milik Allah. Anda memiliki tanda meterai milik-Nya. Terlebih penting lagi, mengapa tanda diberikan pada seorang hamba? Tanda tersebut bukan saja sekedar sebagai tanda kepemilikan tapi tanda yang berarti jika seseorang berupaya sesuatu terhadap budak tersebut berarti orang tersebut juga harus bertanggungjawab kepada tuan pemilik hamba tersebut. Apa saja yang Anda lakukan pada budak itu, Anda telah lakukan pada tuanya. Dengan kata lain, jika Anda menyakiti hamba tersebut, Anda akan bermasalah bukan dengan budak tersebut namun dengan tuannya. Meterai sebenarnya di sini menjadi suatu perlindungan. Itulah intinya di Wahyu 7:3. Para hamba Allah memiliki meterai yang melindunginya dari kekuasaan si jahat. Kita akan membacanya lebih lanjut dalam kitab Wahyu di mana penghakiman Tuhan tidak akan mempengaruhi mereka yang telah dimeteraikan. Barangsiapa yang membawa meterai Allah tidak akan celaka oleh Penghakiman Tuhan. Inilah penting untuk kita ketahui.

Kesimpulannya, meterai secara sederhana adalah: tanda perlindungan Allah bagi mereka yang menjadi milik-Nya. Jika engkau tidak memiliki meterai tersebut berarti engkau belum menjadi milik Kristus. Engkau akan menjadi korban Penghakiman Allah atau engkau akan di bawah penguasaan si Musuh. Engkau belum memiliki hubungan dengan Tuhan. Anda bukan milik-Nya. Jika Iblis hendak menguasai, memiliki, menjatuhkan engkau dengan cara apapun dia bebas melakukannya. Dengan kata lain, Iblis sanggup melakukan apa saja yang dikehendakinya karena engkau belum memiliki perlindungan dari Allah. Engkau belum menjadi kepunyaan-Nya.

Yesus sendiri juga Dimeteraikan Allah
Sekali kita mengerti akan arti meterai ini, kita akan menyadari betapa pentingnya untuk mengetahui apakah kita telah dimeteraikan atau tidak. Hal ini sangat penting sekali karena Yesuspun juga dimeteraikan oleh Allah. Luar biasa bukan? Anak Allah datang ke dunia ini bukan hanya sebagai seorang anak; Dia datang untuk menjadi seorang hamba. Seperti yang dikatakan di surat Filipi pasal 2: "...Kristus Yesus telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." Dan di Yohanes 6:27, Yesus berkata bahwa diri-Nya telah dimeteraikan oleh Allah. Mari kita kembali ke pertanyaan: Kapankah kita dimeteraikan? Kita akan kembali bertanya: Kapankah Yesus dimeteraikan? Pada titik apa Ia memperoleh meterai tersebut? Apakah Yesus telah dimeteraikan pada waktu Ia dilahirkan? Apakah Ia dimeteraikan pada waktu permulaan pelayanan-Nya? Kapan Ia dimeteraikan?

Kita dapat menjawab pertanyaan ini dengan beberapa cara. Pertama-tama, kita melihat bahwa kata "dimeteraikan" selalu berkaitan langsung dengan "diurapi" dan lalu berkaitan pula dengan "janji". Sebentar lagi kita akan memperoleh jawabannya dimanakah Ia memperoleh urapan tersebut. Tetapi jelas sekali kata "meterai" selalu berkaitan dengan Roh Kudus. Kapankah Yesus menerima Roh Kudus? Mari kita lihat kembali pada waktu baptisan-Nya. Apakah yang terjadi pada waktu Ia dibaptis? Roh Kudus turun ke atas tubuh Yesus berupa seekor merpati. Lalu kita membaca pada pasal berikutnya di mana dikatakan Yesus dibawa pergi dengan dipenuhi oleh Roh Kudus (Lukas 4:1). Jangan kita bingung dengan hal ini. Kita mungkin berkata, "Tetapi Yesus adalah Tuhan." Benar, tapi Ia datang bukan sebagai Tuhan. Ingat akan hal ini! Ia datang sebagai manusia, untuk menjadi Penyelamat kita. Oleh sebab itu, Ia datang sebagai pelopor, pemimpin dan sebagai penyempurna iman. Sebagai Tuhan, tentunya, Ia tidak perlu menerima Roh Kudus. Tapi Ia datang bukan sebagai Tuhan. Jika Ia adalah Tuhan, maka Ia tidak akan kelaparan di padang gurun ketika Ia dicobai oleh Iblis. Karena Ia adalah seorang manusia dan bukan Tuhan, Ia dapat merasakan kelaparan. Dia datang ke dunia sebagai Anak Manusia untuk menebus manusia. Ini tertulis di Ibrani 5:8 yang berkata, "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang diderita-Nya". Apakah Allah perlu belajar sesuatu? Tidak! Tetapi Yesus tidak datang sebagai Allah; Ia datang sebagai manusia. Oleh sebab itu, Ia belajar untuk taat melalui penderitaan-Nya.

Meterai Penyunatan: Hati Kita telah Disunat!
Roh Kudus adalah meterai Roh. Dimanakah kita menerima meterai tersebut? Mari kita melihat cara lain untuk mengupas hal ini. Di Roma 4:11, kita membaca kata "meterai" dipakai dalam proses penyunatan. Dengan cara apakah Abraham dimeterai? Dia menerima meterai yang berbeda. Dia menerima meterai penyunatan. Roma 4:11 berkata, "Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat." Jadi, sunat adalah sebuah meterai.

Ini sangat menarik karena kitapun juga telah disunat. Kita juga memiliki meterai, tapi kita tidak disunat di dalam daging. Kita disunat di dalam hati kita. Di Kolose 2 ayat yang ke 11 kita diberitahukan bahwa "Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa." Lalu kita bertanya: Dengan apakah Yesus disunat? Jawabannya terdapat di ayat ke 12: "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati"

Perhatikan bahwa Rasul Paulus menghubungkan penyunatan dengan pembaptisan. Kita tidak menerima sunat daging seperti Abraham, tetapi sunat hati. Bagaimanakah bukti sunat hati itu dapat terlihat? Pada waktu kita menerima baptisan! Bukankah ini hubungan antara ayat ke 11 dan ke 12? Oleh sebab itu, kapankah kita menerima meterai lewat penyunatan ini? Paulus mengatakannya di ayat ke 12, yaitu, melalui baptisan! Lalu apakah artinya sunat dalam hati? Bagaimana sunat hati itu datang kepada kita? Kita telah mengetahuinya bahwa meterai itu sendiri adalah Roh Kudus. Jadi kita lihat ada semacam persamaan: Roh adalah meterai, yang menyunat hati kita melalui baptisan.

Lalu apakah ini berarti kita diselamatkan oleh baptisan? Sama sekali tidak! Kita telah melihat bahwa harus ada pertobatan dan baptisan. Bukan baptisan yang menyelamatkan, tetapi apa yang diungkapkan oleh baptisan itu, yaitu sunat di dalam hati, yang menyelamatkan. Ini penting sekali. Hanya mencelupkan diri dalam air itu sendiri tidak akan menyelamatkan siapapun. Transformasi yang terungkap melalui baptisanlah yang berarti. Itulah sebabnya setiap orang yang hendak dibaptis pada hari ini secara berhati-hati diberikan pertanyaan tentang komitmen mereka terhadap Tuhan, pertobatan, perubahan secara total dari hidup yang lama ke yang baru. Pertobatan bukan hanya sekedar penyesalan, tetapi perubahan yang sungguh secara total dari kehidupan yang lama. Menanggalkan segala hawa nafsu kedagingan, seperti yang Paulus katakan, agar mereka dapat mengenakan Kristus.

Baptisan dan Kelahiran Kembali dan Pembaruan Roh Kudus
Mari kita sekarang melihat hubungan antara baptisan dengan Roh Kudus. Di 1 Korintus 6:11 kita membaca sbb: "Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan Roh Allah kita." Dan di Titus 3:5 tertulis, "pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus."

Sekali lagi kita melihat hubungan antara permandian dan kelahiran kembali, permandian dan Roh Kudus. Baptisan dan Roh selalu dikaitkan bersama-sama! Permandian ini bukan sembarang permandian. Tetapi sesungguhnya adalah baptisan yang, sebagaimana kita lihat, berkenaan dengan penyunatan di dalam hati. Siapapun yang tidak berubah dalam hatinya, yaitu belum sungguh-sungguh bertobat, seharusnya tidak boleh menerima baptisan. Tetapi bagi seseorang yang telah meninggalkan kehidupannya yang lama dan dibaptis, dia akan menerima penyunatan hati. Ia akan menerima permandian kelahiran kembali (dalam bahasa Yunani berbentuk deskriptif genetif, yaitu permandian yang mengakibatkan kelahiran kembali). Ini adalah permandian yang memberikan hidup baru. Tetapi bagaimana kita menerima hidup baru itu? Hidup baru ini datang dari Roh Kudus: pembaruan oleh Roh Kudus.

Itulah sebabnya kita membaca di 1 Petrus 3:21 kata-kata berikut. Saya memberikan semua referensi ini sekalipun sedikit merepotkan Anda supaya Anda tahu saya bukan memberitahu Anda apa pandangan saya. Adalah penting Anda tahu apa yang dikatakan Alkitab. Apa yang saya katakan tidaklah penting. Mari kita kembali ke 1 Petrus 3:21 yang tertulis demikian, "Juga kamu sekarang telah diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan - maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah - oleh kebangkitan Yesus Kristus." Apakah yang menyelamatkan kita? Baptisan menyelamatkan kita. "Wah!" Engkau berkata, "itu pernyataan yang luar biasa. Baptisan menyelamatkan?" Ya! "...bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani" - bukan dengan mencelupkan diri ke dalam air untuk membersihkan kotoran dari Anda -"melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah..." Bagaimana caranya memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah? Melalui pertobatan tentunya! Melalui pertobatan yang sungguh-sungguh di dalam hatimu!

Dalam pasal ini kita mengetahui bahwa Petrus berbicara tentang nabi Nuh dengan kapalnya sebagai kiasan. Bagaimanakah mereka dapat selamat? Banjir besar yang diakibatkan oleh hujan yang besar selama empat puluh hari empat puluh malam sehingga air di bumi naik menutupi segalanya. Inilah gambaran begitu indah untuk menerangkan mengenai baptisan. Bagaimanakah nabi Nuh beserta dengan ke 8 orang di dalam bahtera dapat diselamatkan? Mereka selamat karena berada di dalam bahtera pada waktu baptisan air yang luar biasa banyaknya datang dari atas dan bawah. Mereka diselamatkan melalui baptisan ini. Dan Petrus berkata bahwa hari ini kita juga diselamatkan lewat baptisan, bukan karena sekedar tubuh kita dicuci. Nabi Nuh diselamatkan karena berada di dalam bahtera dan dia telah dibaptis - mengapa? Karena tidak seperti orang-orang lainnya, Nabi Nuh bertobat dari dosa-dosanya. Dia telah berpaling dari kehidupan dosa - perhatikan kata ini - dan mentaati Tuhan! Ini penting sekali. Dia mentaati Tuhan. Pada waktu Tuhan Allah berkata, "Nuh, buatlah sebuah bahtera", dia membuatnya. Pada waktu Tuhan berkata, "Nuh, masuklah ke dalam bahtera", diapun masuk ke dalam bahtera. Nabi Nuh menyatakan pertobatannya dengan ketaatannya kepada Tuhan. Dengan cara inilah dia menerima baptisan. Air datang turun. Seluruh keluarganya selamat dari banjir besar. Dan Petrus berkata di ayat ke 21, "Dengan cara yang sama, kamu telah diselamatkan." Bagaimana? Melalui pertobatan yang berarti pemutusan dengan hidup yang berdosa, seperti Nuh memutuskan hubungan dengan dunia dosa. Dia bertobat. Dia berpaling dari dosa dan mentaati Allah. Dia masuk ke dalam bahtera. Dengan cara seperti inilah, baptisan akan dapat memberikan keselamatan.

Baptisan dan Roh Kudus saling berkaitan karena Roh Kudus seringkali disebutkan sebagai suatu pencurahan, hujan yang membawa berkat, dan air yang membasahi kita. Menarik sekali di dalam kitab Yoel 2, yang dikutip pula dalam Kisah Para Rasul 2, Petrus menjelaskan kepada orang banyak tentang apakah yang telah terjadi kepada mereka, yaitu tepat seperti yang telah dinubuatkan oleh Yoel: bahwa Roh Kudus akan dicurahkan atas mereka. Baptisan Roh Kudus! Inilah yang terjadi. Baptisan dan Roh selalu dikaitkan bersama-sama di dalam Alkitab. Baik pada saat Yesus dibaptis maupun pada pernyataan umum seperti 1 Korintus 12:13 dimana Paulus berkata, "Engkau dibaptis dalam satu Roh ke dalam tubuh Kristus." Kita lihat di sini kata "baptis" dan "Roh" setiap kali muncul bersama-sama di dalam Kitab Suci. Juga kita melihat Yohanes Pembaptis berkata dengan kata-katanya sendiri, "Aku membaptis kamu dengan air. Dia akan membaptis kamu dengan Roh." Sangat menarik! Sekali lagi, baptisan dan Roh - kedua kata ini dikaitkan bersama. Anda menemukan karakteristik ini di dalam Perjanjian Baru.

Perbandingan antara Baptisan Yohanes dengan Baptisan Yesus
Mari kita melihat apakah yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis. Yohanes membandingkan baptisannya dengan baptisan yang akan dilakukan oleh Yesus. Dia berkata, "Baptisan aku adalah baptisan pertobatan, suatu baptisan dengan air untuk pertobatan." Dengan kata lain, apabila engkau bertobat, engkau menunjukkan pertobatanmu di muka umum melalui baptisan. Tetapi pada waktu Dia datang, Yesus akan membaptiskanmu dengan Roh Kudus.

Ini tidak berarti baptisan air menjadi tidak penting. Sebaliknya, di Yohanes 4:1-2 contohnya, kita melihat Yesus dan murid-murid-Nya membaptiskan lebih banyak orang dari Yohanes Pembaptis. Mereka menjalankan baptisan dengan air. Tetapi Yohanes Pembaptis berkata, "Aku membaptis engkau hanya dengan air, yaitu sesuatu yang terlihat. Aku tidak dapat memberikanmu hidup baru. Hanya Dia dapat memberi engkau hidup baru. Yang dapat kuberikan hanyalah sebuah upacara penyucian apabila kamu bertobat. Tetapi pada waktu Yesus datang, Dia akan memberikanmu pencucian di batin, pencucian kelahiran kembali!" Hal ini penting untuk diamati.

Kita Diurapi Roh Kudus pada waktu Pembaptisan, Sama Seperti Tuhan Yesus!
Sekarang kita beralih dengan cepat ke dalam penggunaan kata "urapan". Banyak di antara kita telah mengetahui bahwa nama "Kristus" berarti "Yang Diurapi" Dalam bahasa Mandarin dikatakan (受膏者) shou gao zhe. Nama "Kristus" adalah berasal dari bahasa Yunani yang sama artinya dengan nama "Messiah" dalam bahasa Ibrani, yang keduanya berarti "Yang Diurapi". Dalam Perjanjian Baru sering disebutkan bahwa Dia adalah Yang Diurapi. Yesus diurapi oleh Roh Kudus. Di Kisah Para Rasul 10:38, kita membaca "Yesus, diurapi dengan Roh Kudus." Dia juga telah dimeteraikan oleh Allah seperti yang tertulis di injil Yohanes 6:27. Sekarang pertanyaannya adalah kapankah Yesus diurapi dengan Roh Kudus? Sebelum menjawab pertanyaan ini, jangan lupa kita pun telah diurapi oleh Roh Kudus seperti yang kita bahas sebelumnya di 2 Korintus 1:21. Selain itu 1 Yohanes 2:20 juga menyebutkan, "kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus." Rasul Yohanes berkata kepada orang-orang percaya bahwa mereka telah diurapi. Dan sekali lagi, dia mengulanginya di 1 Yohanes 2:27, dimana kita menemukan bahwa urapan yang kita peroleh ini adalah Roh Kudus. Kita diurapi dengan Roh Kudus yang berasal dari Allah. Dan Roh Kudus inilah yang mengajarkan kita, dan membimbing kita ke semua jalan kebenaran (Yohanes 16:13).

Sekali lagi, kapan kita menerima pengurapan tersebut adalah sebuah pertanyaan yang penting. Apakah engkau sudah diurapi dengan Roh Kudus sebelum menerima baptisan? Apakah Anda diurapi Roh Kudus pada suatu waktu yang tak ditentukan setelah baptisan? Jika demikian tentu saja Anda tidak tahu kapan Anda diurapi. Ataukah engkau diurapi pada waktu dibaptis? Sekali lagi, baptisan Yesus menjawab semua pertanyaan kita. Kapankah Roh Kudus datang ke atas diri Yesus? Kapan Roh Kudus secara kasat mata terlihat turun ke atas Yesus? Jawabannya sangat sederhana, yaitu pada saat Ia menerima baptisan.

Pekerjaan Roh Kudus sebelum dan sesudah Baptisan
Jika demikian apakah itu berarti Yesus tidak memiliki Roh Kudus sebelum Ia dibaptis? Tentu saja tidak. Roh Kudus telah ada di dalam Yesus sebelum Ia dibaptis. Apakah kita tidak memiliki Roh Kudus dalam pengertian apapun sebelum dibaptis? Tidak, karena jika kita tidak memiliki Roh Kudus dalam pengertian tertentu sebelum dibaptis, bagaimana mungkin kita dapat bertobat? Tentu saja Roh Kudus telah bekerja di dalam hati dan hidup kita untuk membimbing kita menuju pertobatan. Kalau begitu, jika benar kita telah memiliki Roh Kudus sebelum dibaptis, maka apa yang kita bahaskan? Yang kita tekankan di sini adalah Urapan-Nya, bukan tentang memiliki Roh Kudus dalam pengertian lain. Kita berbicara tentang Roh Kudus dalam pengertian yang spesifik. Kita harus membedakannya dengan jelas di sini. Kecuali Roh Kudus bekerja dalam kehidupan Anda sebelum Anda menjadi Kristen, bagaimana mungkin Anda dapat menjadi Kristen? Tentu saja Roh Kudus telah bekerja di dalam hidup Anda, barangkali sejak masa kanak-kanak Anda. Bahkan Ia telah bekerja pada hari engkau dilahirkan. Roh Kudus terus menerus bekerja di dalam hidup kita pada waktu kita belum menjadi seorang Kristen, dan masih menjadi musuh Allah.

Jika saya melihat ke belakang, saya dapat melihat betapa Tuhan telah bekerja di dalam hidup saya jauh sebelum saya percaya. Pada kenyataannya jika Tuhan tidak bekerja di dalam hidup kita, tidak mungkin kita dapat percaya kepada-Nya. Kita bukan berbicara tentang kehadiran Roh Kudus dalam setiap hidup kita dalam satu cara atau yang lain. Penekanannya di sini adalah apakah engkau telah menerima Roh Kudus sebagai karunia, sebagai hak milik, sebagai tanda dan sebagai meterai, dan bukan arti secara umumnya. Dengan kata lain, kita dapat berkata bahwa Roh Kudus bekerja di dalam hidup orang-orang yang tidak percaya. Jika ayah atau ibumu bukanlah seorang Kristen pada hari ini, doa semacam apakah yang akan engkau panjatkan? Engkau akan berdoa bahwa semoga Allah, dengan kuasa Roh Kudus-Nya akan bekerja di dalam hidup mereka. Bukankah itu yang Anda doakan? Dengan demikian engkau yakin bahwa Roh Kudus akan hadir di tengah-tengah hidup mereka meskipun mereka belum menjadi Kristen. Jelaslah sudah apabila engkau mengakui Yesus, Roh Kuduslah bekerja di dalam hidupmu. Tanpa Roh Kudus, mustahil kita dapat datang kepada Kristus sama sekali.

Sekarang kita tidak bicara mengenai hal ini, tapi kita bicara mengenai meterai. Kapankah kita dimeteraikan oleh Roh Kudus? Maksud saya bukan kapan Roh Kudus menarik Anda? Bukan kapan Roh Kudus menginsafkan Anda akan dosa? Bukan kapan Roh Kudus bekerja dalam kehidupan Anda? Tapi kapankah kita menerima Roh Kudus sebagai hak milik dan karunia dari Allah? Kapankah kita dimeteraikan oleh Roh Kudus? Menurut Kisah Para Rasul 5:32, bagaimana kita menerima Roh Kudus? Kepada siapakah Allah memberikan kuasa Roh Kudus-Nya? Di ayat ini tertulis bahwa Roh Kudus hanya diberikan kepada mereka yang taat kepada Dia. Lalu Anda akan bertanya, "Jika Roh Kudus diberikan hanya kepada orang yang taat kepada-Nya, lalu bagaimana mungkin seseorang dapat menjadi Kristen? Karena mereka yang tidak menaati Dia tidak memiliki Roh Kudus, mereka tidak dapat berubah kecuali mereka dapat menyelamatkan diri mereka tanpa kuasa Roh Kudus." Janganlah kita membingungkan diri kita sendiri. Kita sudah katakan bahwa Roh Kudus bekerja di dalam diri orang-orang yang tidak percaya tanpa pengecualian, tetapi Ia tidak diberikan kepada mereka. Roh Kudus diberikan kepada mereka yang menaati Dia sebagai karunia, sebagai jaminan, sebagai meterai atau sebagai suatu pengurapan dalam cara yang khusus.

Tidak ada seorangpun di sini yang akan dibaptis pada hari ini kecuali Roh Kudus bekerja sebelumnya di dalam hidup mereka, bukan? Kecuali kita ingin mengajarkan doktrin keselamatan berdasarkan perbuatan di mana mereka yang bekerja keras untuk mencapai posisi ini, dan sekarang mereka akan menyelamatkan diri mereka sendiri. Dan sekarang, setelah mereka dibaptis, mereka akan menerima Roh Kudus. Sebelumnya, semuanya terserah mereka sendiri. Betulkah demikian? Tentu saja tidak. Sampai saat ini juga, Roh Kudus yang bekerja di dalam diri mereka. Jadi mereka mengalami Roh Kudus bekerja dalam kehidupan mereka, benar!Lalu apa gunanya mengatakan bahwa Allah memberikan Roh Kudus hanya kepada mereka yang taat kepada-Nya, karena mereka memiliki Roh Kudus bahkan sebelum mereka mentaati Dia? Saya ulangi kembali pertanyaan ini untuk memperjelas pikiranmu sehingga engkau dapat mengerti. Ketika dikatakan bahwa, "Roh Kudus, dikaruniakan kepada semua orang yang mentaati Dia", itu berarti Ia memberikan Roh itu sebagai suatu karunia, sebagai kegenapan janji-Nya. Engkau tidak akan menerima janji Allah sampai engkau taat kepada-Nya. Inilah sesuatu hal yang penting yang perlu kita pahami.

Diurapi Berarti Diberikan Otoritas oleh Allah
Kita akhirnya sampai pada pertanyaan terakhir. Kita tahu apa artinya meterai itu; yaitu engkau dinyatakan sebagai milik Allah. Kapankah kita menjadi milik Allah? Pada waktu kita menerima Roh Kudus! Apakah itu berarti karena Anda telah memiliki Roh Kudus sebelum engkau percaya engkau telah menjadi bagian dari milik Allah? Tidak! Karena Roh Kudus hanya bekerja di dalam dirimu, namun engkau belum dimeteraikan oleh Roh Kudus. Lalu apakah yang dimaksud dengan pengurapan? Apa artinya pengurapan itu? Nah, ini maknanya: di Israel raja-raja dan para imam yang diurapi. Mengapa? Apakah itu hanya sekedar upacara keagamaan saja? Tidak sama sekali. Pengurapan mewakili pemberian otoritas dari Allah kepada orang-orang tersebut. Seorang Raja tidak akan memiliki kekuasaan kalau belum diberikan oleh Allah sendiri. Ingatkah apakah yang pernah disampaikan Yesus kepada Pilatus? "Engkau tidak akan memiliki kuasa jika tidak datang dari atas." Raja-raja Israel bukan seperti raja-raja dunia lainnya; mereka adalah wakil dari Allah di Israel. Itulah sebabnya mereka harus diurapi langsung oleh Allah, yang berarti diberikan mandat. Mereka tidak berhak mengurapi dirinya sendiri. Melalui pengurapan tersebut mereka diberitahu bahwa mandat ini diberikan sendiri oleh Tuhan. Sama halnya dengan para imam, terlebih lagi imam besar. Dia diurapi untuk menyatakan bahwa dirinya adalah imam besar, bukan karena dia adalah orang yang hebat, atau memenangkan pilihan suara terbanyak- barangkali tidak ada yang memilih dia; itu tidak menjadi persoalan. Dia ditunjuk sebagai imam besar karena Allah telah mengangkat dia. Pengurapan ini menunjukkan bahwa dia telah menerima panggilan ini, mandat dari Allah ini. Ingat bahwa panggilan itu juga disebut di Kisah Para Rasul 2:38.

Para nabi juga menerima Roh Kudus. Mengapa demikian? Karena tanpa kuasa Roh Kudus mereka tidak akan mempunyai mandat untuk bernubuat. Engkau tidak dapat bernubuat tanpa Roh Allah. Roh Allahlah, seperti yang tertulis di dalam Alkitab, yang membuat para nabi mampu bernubuat, menyatakan kehendak Allah, atau memberitahukan hal yang akan terjadi, jika Allah mengizinkan mereka untuk berbicara. Itulah sebabnya di Yesaya 61:1-2, terutama ayat 1, nabi ini berkata, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara." Lalu apakah pengurapan itu? Roh Kudus adalah pengurapannya, pengurapan nabi itu, yang membuat dia dapat menyampaikan Injil tersebut. Yesus mengutip kata-kata ini di Lukas 4:18 dari Yesaya ini di mana Ia berkata, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku."

Lalu kapankah Yesus mengutip kata-kata ini seperti yang tertulis di injil Lukas? Pada waktu Ia berada di Bait Allahkah pada waktu berumur 12 tahun? Tidak. Ia mengutip kata-kata tersebut sesaat setelah Ia selesai dibaptiskan. Kapan Yesus diurapi? Pada baptisan-Nya! Di saat itulah Ia diurapi - pada waktu Roh Kudus turun ke atas-Nya. Itulah sebabnya segera sesudah baptisan-Nya, Yesus mengucapkan kata-kata tersebut. Atau lebih tepat, segera sesudah baptisan dan pencobaan - baptisan dulu dan kemudian pencobaan. Tetapi hal pertama yang Ia lakukan, setelah dibaptis dan kembali dari pencobaan adalah mengumumkan bahwa: "Aku telah diurapi untuk menyampaikan Kabar Baik." Lalu Ia segera memulai pelayanan-Nya karena Ia telah memperoleh pengurapan tersebut.

Sekarang kita melihat gambaran ini semakin jelas. Kapan kita menerima urapan Roh Kudus? Pada baptisan - sama seperti Yesus. Sebelumnya Ia telah memiliki Roh Kudus, namun sekarang Ia telah diurapi untuk menyampaikan Injil. Dari situlah Ia memulai pelayanan-Nya. Dia tidak menyampaikan Kabar Baik sebelum diurapi. Dia tidak menyampaikan Kabar Baik sebelum dibaptis. Tetapi setelah itu dia diurapi untuk menerima tugas-Nya, disitulah pelayanan-Nya dimulai.

Hal-hal ini amat menakjubkan. Saya harap Anda dapat melihat hubungan yang terus menerus antara perkataan "baptisan" dan "Roh." Karena hubungan inilah, kita lalu melihat hubungan antara pemeteraian, Roh dan baptisan. Demikian pula antara pengurapan dengan Roh dan baptisan; dan antara jaminan dengan Roh dan baptisan. Saya harap Anda sudah dapat mengerti betapa pentingnya baptisan itu. Seperti Rasul Petrus katakan, bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, tetapi sebagai ungkapan pertobatan dari batin untuk memohon hati nurani yang bersih di hadapan Allah melalui kebangkitan Yesus Kristus, yang menjadikan pertobatan berarti. Jika Yesus tidak pernah bangkit dari kematian-Nya, maka tidak ada gunanya bertobat. Kita bisa bertobat, tapi dari manakah pengampunan dosa itu? Dimanakah kita dapat menemukan kekuatan untuk hidup baru? Melalui kebangkitan-Nya kita diberikan kuasa untuk menjalani hidup baru itu.

Dua Pengecualian pada Prinsip Umum bahwa Roh Kudus Diberikan pada Baptisan
Saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa Kisah Para Rasul 2:38, adalah suatu prinsip umum. Perhatikan bahwa ini adalah prinsip umum, karena Allah dapat memberikan Roh Kudus sebelum baptisan jika Ia berkehendak, ataupun sebaliknya, Ia dapat memilih untuk memberikan Roh Kudus setelah baptisan. Namun sebagai suatu peraturan umum, Dia memberikan Roh Kudus pada waktu baptisan. Saya ingin menyinggung butir terakhir ini karena ini hal yang penting. Allah sepenuhnya berdaulat dan bebas. Dia bisa memberikan Roh Kudus kapan saja. Tetapi sebagai suatu peraturan umum, Ia memberikan Roh Kudus pada baptisan.

Sebagai contoh, ada satu peristiwa di dalam Kitab Suci, di dalam keadaan yang sangat khusus, di mana Ia memberikan Roh Kudus sebelum baptisan di Kisah Para Rasul 10:47. Dan ada satu peristiwa lain di mana Ia memberikan Roh Kudus setelah baptisan di Kisah Para Rasul 8:12-17. Untuk menyempurnakan pembahasan kita, maka saya menyinggung dua perikop ini. Dua kejadian ini merupakan dua peristiwa yang khusus dalam sejarah gereja. Namun jangan menggunakan dua pengecualian ini untuk menyatakan bahwa pengecualian tersebut membuktikan bahwa peraturan itu tidak ada. Sebagaimana kita tahu, kedua pengecualian tersebut, pada kenyataannya, membuktikan peraturan itu.

Pertama, Roh Kudus diberikan sebelum baptisan. Mengapa? Karena Kornelius bukan orang Yahudi dan orang-orang Yahudi enggan menerima orang bukan Yahudi untuk masuk ke dalam gereja. Begitu beratnya sampai Petrus harus memberikan penjelasan yang panjang kepada jemaat di Yerusalem mengapa ia membaptiskan orang-orang tersebut. Dan dia berkata, "Seperti engkau tahu, ketika aku masih berkhotbah, Allah mencurahkan Roh Kudus kepada mereka. Oleh sebab itu, aku tidak mempunyai pilihan lain selain dari membaptis mereka." Seolah-olah dia ingin berkata, "Aku sesungguhnya tidak mau membaptiskan mereka, sungguh, namun aku tidak mempunyai pilihan lain." Inilah situasi yang terjadi pada Gereja Awal di mana terdapat penolakan untuk menerima orang-orang bukan Yahudi untuk masuk ke dalam gereja.

Dalam kasus yang lain, justru terjadi hal yang sebaliknya. Pada waktu orang Kristen Samaria dibaptis terlebih dahulu, namun mereka tidak menerima Roh Kudus. Mengapa demikian? Sekali lagi, hal ini bersangkutan dengan situasi yang terjadi antara orang Samaria dengan orang Yahudi. Dan Allah, dalam hal ini, memaksa gereja di Yerusalem untuk pergi dan menerima kaum Samaria yang mereka benci sekali. Mereka sendiri menerima orang-orang Samaria tersebut ke dalam persekutuan. Oleh sebab itu, walaupun mereka telah bertobat dan dibaptis, gereja di Yerusalem diperintahkan untuk pergi dan memastikan bahwa mereka menerima kaum Samaria ke dalam persekutuan melalui karunia Roh.

Jadi kedua pengecualian ini menjelaskan pertama, bahwa Allah memiliki kebebasan untuk memberikan Roh sebelum atau setelah baptisan. Dan kedua, untuk menunjukkan bahwa sebagai prinsip dasar, Roh diberikan pada waktu baptisan seperti yang kita telah lihat dari ayat-ayat lain. Sekali lagi saya ulangi, bukan karena air atau baptisan itu sendiri yang memiliki kekuatan untuk membersihkan dosa, tetapi karena ketaatan yang diungkapkan oleh baptisan, baik pertobatan di dalam maupun ketaatan di luar terhadap perintah Yesus. Dia memerintahkan kita untuk dibaptis: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19). Yesus memerintahkan baptisan. Apabila Anda melakukannya, Anda mentaati Dia

Sumber : Question

Tujuh Karunia Roh Kudus

Tujuh Karunia Roh Kudus

oleh: Romo William P. Saunders *



Baru-baru ini saya menerima Sakramen Krisma. Saya tahu bahwa saya menerima ketujuh karunia Roh Kudus dan tahu karunia apa saja itu, namun demikian saya tidak terlalu paham tentang karunia-karunia tersebut. Dapatkan anda menjelaskannya?
~ seorang pembaca di Crystal City



Pewahyuan karunia-karunia Roh Kudus berakar pada nubuat nabi Yesaya mengenai kedatangan Mesias: “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN.” (Yes 11:1-3). Sementara nubuat Yesaya ditujukan secara khusus bagi Mesias, Tradisi Gereja menyatakan bahwa karunia-karunia ini diberikan juga kepada semua orang beriman melalui Sakramen Baptis dan teristimewa Sakramen Krisma (Katekismus Gereja Katolik no. 1303). St Paulus mengajarkan, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya…” (Rm 8:29), menyatakan bahwa melalui rahmat sakramen-sakramen, orang mengenakan identitas Kristus dan beroleh bagian dalam karunia-karunia tersebut yang sesuai dengan peran-Nya sebagai Mesias (setidak-tidaknya yang dapat diberikan kepada kita).


Menegaskan keyakinan ini, St. Ambrosius dalam De mysteriis mengajarkan, “Karena itu, engkau harus ingat bahwa engkau telah menerima pemeteraian oleh Roh: roh kebijaksanaan dan pengetahuan, roh nasihat dan kekuatan, roh pengertian dan kesalehan, roh takut akan Allah; dan peliharalah apa yang telah engkau terima. Allah Bapa telah memeteraikan engkau, Kristus Tuhan telah menguatkan engkau dan memberikan jaminan Roh ke dalam hatimu” (7,42).


Kaum beriman diingatkan akan penganugerahan karunia-karunia ini dalam liturgi. Dalam Misa Pentakosta, ketika umat beriman mengenangkan turunnya Roh Kudus atas para rasul, mereka akan mendaraskan doa ini, “Pada umat beriman, yang mengagungkan serta mengaku Engkau terlebih lagi dengan turunnya tujuh karunia-Mu.”


Dalam pelayanan Sakramen Krisma, bapa uskup berdoa, sambil mengulurkan tangannya atas kelompok penerima Penguatan, “Allah yang Mahakuasa, Bapa Tuhan kami Yesus Kristus, Engkau telah melahirkan kembali para hamba-Mu ini dari air dan Roh Kudus, dan membebaskan mereka dari dosa. Sudilah kiranya mencurahkan Roh Kudus penghibur kepada mereka. Semoga mereka Kauanugerahkan roh kebijaksanaan dan pengertian, roh penasihat dan kekuatan, roh pengetahuan dan ibadat; dan semoga mereka Kaupenuhi dengan roh takwa kepada-Mu. Demi Kristus, Pengantara kami. Amin.” Kemudian bapa uskup meneguhkan masing-masing calon, membuat tanda salib dengan minyak krisma suci di dahi calon sambil mengatakan, “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus.”


Atas dasar ini, menurut Tradisi Gereja ketujuh karunia Roh Kudus adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan dan rasa takut kepada Allah. (Catatan, teks kitab Nabi Yesaya dalam bahasa Ibrani mencatat hanya enam karunia dengan karunia takut akan Tuhan disebutkan dua kali, terjemahan Septuaginta bahasa Yunani dan Vulgata bahasa Latin mencatat tujuh karunia, dengan menambahkan “kesalehan” dan menghilangkan pengulangan “takut akan Allah. Lagipula, dalam Perjanjian Lama, tujuh merupakan angka sempurna, kelimpahan dan perjanjian).


Pertama-tama, istilah “karunia” perlu dijelaskan. Dengan sangat tepat mereka disebut “karunia Roh Kudus” karena Roh Kudus yang mengaruniakannya. Sebab itu, mereka merupakan karunia-karunia rohani yang bekerja dengan cara rohani. Karunia-karunia ini bukanlah karunia yang diberikan pada saat orang berseru dalam saat-saat genting; tetapi karunia ini diberikan kepada orang selama ia tetap berada dalam keadaan rahmat. Dengan demikian, karunia-karunia ini membantu orang untuk mencapai kekudusan dan menghantarnya pada kesempurnaan kebajikan, baik kebajikan ilahi (iman, harapan dan kasih) maupun kebajikan pokok (kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan penguasaan diri). Gagasannya di sini ialah bahwa karunia Roh Kudus membantu orang untuk ambil bagian dalam hidup Allah yang paling intim, baik sekarang dalam kehidupan ini maupun kelak dalam kehidupan kekal. Dalam hal ini, seperti yang ditegaskan oleh St. Thomas Aquinas, karunia-karunia tersebut merupakan kepenuhan dari “habitus” (bahasa Latin, artinya cara hidup) yang menandakan kehadiran dan karya mereka yang tetap. Katekismus menggarisbawahi poin ini: “Kehidupan moral orang-orang Kristen ditopang oleh karunia-karunia Roh Kudus. Karunia ini merupakan sikap yang tetap, yang mencondongkan manusia, supaya mengikuti dorongan Roh kudus…. Mereka melengkapkan dan menyempurnakan kebajikan dari mereka yang menerimanya. Mereka membuat umat beriman siap mematuhi ilham ilahi dengan sukarela” (No. 1830-31).


Definisi dasar berikut dikutip dari karya klasik Rm Aumann, “Spiritual Theology”. Di samping itu, urut-urutannya disusun oleh Paus St. Gregorius Agung, yang berusaha menangkap dinamika spiritual yang dianugerahkan Roh Kudus kepada jiwa melalui karunia-karunia-Nya: “Dengan takut akan Allah, kita dihantar pada kesalehan, dari kesalehan kepada pengenalan, dari pengenalan kita menimba kekuatan, dari kekuatan kepada nasihat, dengan nasihat kita bergerak menuju pengertian, dan dengan pengertian menuju kebijaksanaan, dengan demikian, dengan ketujuh karunia Roh Kudus, terbukalah bagi kita di akhir pendakian, pintu masuk ke dalam kehidupan Surga” (Homiliae in Hiezechihelem Prophetam, II 7,7).


KARUNIA TAKUT AKAN ALLAH memampukan orang “untuk menghindari dosa dan menghindari cinta / kelekatan pada barang-barang duniawi lebih dari rasa cinta dan hormat kepada Tuhan.” Teristimewa, karunia ini membangkitkan rasa hormat mendalam kepada Allah segala kuasa yang Mahatinggi. Di sini, orang menyadari “keterbatasannya sebagai ciptaan” dan ketergantungannya kepada Tuhan, serta tidak akan pernah mau dipisahkan dari Tuhan yang penuh belas kasihan. Karunia takut akan Allah ini membangkitkan dalam jiwa semangat sembah sujud dan takwa kepada Allah yang Mahakuasa serta rasa ngeri serta sesal atas dosa.


Karunia ini kadangkala disalahtafsirkan karena kata 'takut'. Takut yang dimaksudkan di sini bukanlah rasa takut seorang budak, di mana orang melayani Tuhan hanya karena ia takut akan penghukuman, baik hukuman yang sifatnya sementara di dunia ini ataupun hukuman abadi di neraka. Hubungan sejati dengan Tuhan didasarkan atas kasih, bukan takut. Sebab itu, “takut akan Allah” ini lebih merupakan takut anak kepada bapa atau takut karena hormat yang menggerakkan orang untuk melakukan kehendak Tuhan dan menghindari dosa karena kasih kepada Tuhan, yang sepenuhnya baik dan patut mendapatkan kasih kita seutuhnya. Demikian juga halnya, seorang anak hendaknya tidak dimotivasi untuk taat pada bimbingan moral orangtuanya ataupun perintah orangtuanya hanya karena takut akan hukuman, melainkan karena kasih dan hormat kepada mereka. Orang haruslah lebih takut menyakiti orang yang dikasihinya dan merusak kepercayaan orang yang dikasihinya itu, daripada takut akan hukuman. (Namun demikian, orang haruslah memiliki rasa takut yang sehat pada hukuman karena dosa, meskipun hal ini bukan menjadi faktor yang memotivasi orang untuk mengasihi Tuhan.)


Karunia takut akan Allah menghantar orang pada kesempurnaan terutama kebajikan akan pengharapan: manusia menghormati Tuhan sebagai Tuhan, percaya pada kehendak-Nya dan mempercayakan hidupnya dalam tangan-Nya. Di samping itu, ia rindu untuk bersatu dengan Tuhan selamanya di surga. Karunia ini juga merupakan landasan bagi karunia-karunia yang lain. Seperti ditegaskan dalam Kitab Suci, “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.” (Mzm 112:1) dan “Awal kebijaksanaan ialah ketakutan akan Tuhan.” (Sir 1:14).


Kedua, karunia ini juga menyempurnakan kebajikan akan penguasaan diri, yang rindu untuk mempergunakan segala sesuatu dengan bijaksana, dan sepantasnya, serta tidak berlebihan, khususnya yang mendatangkan kesenangan-kesenangan duniawi. Dengan akal sehat dalam terang iman, penguasaan diri mengendalikan hasrat. Penguasaan diri berhubungan dengan karunia takut akan Allah karena kesadaran dan rasa hormat orang akan kekudusan Tuhan mendorongnya sebagai ciptaan untuk memuliakan Tuhan dengan menguasai diri dalam segala tindakan dan keinginan. Sebagai contoh, kemurnian merupakan suatu kebajikan akan penguasaan diri yang menghormati kebaikan seksualitas diri sendiri, kekudusan perkawinan, dan kekudusan cinta kasih dalam perkawinan; orang yang digerakkan oleh karunia takut akan Allah berjuang untuk hidup murni karena Tuhan adalah pencipta dari segala kebajikan itu dan dengan hidup demikian ia mendatangkan kemuliaan serta puji-pujian bagi-Nya.


Dengan karunia takut akan Allah, orang dihantar pada KARUNIA KESALEHAN: “guna menghaturkan sembah sujud kepada Tuhan terutama sebagai Bapa kita dan berhubungan dengan semua orang sebagai anak-anak dari Bapa yang sama.” Di sini, orang menyatakan rasa hormat pada Tuhan sebagai Bapa yang penuh belas kasihan, serta menghormati sesama sebagai anak-anak Tuhan terutama karena memang begitu mereka adanya. Dengan demikian, karunia kesalehan menyempurnakan kebajikan akan keadilan, memampukan orang untuk memenuhi segala kewajibannya kepada Tuhan dan sesama; ia tidak hanya dimotivasi oleh keadilan yang harus ditegakkan, tetapi juga oleh hubungan cinta kasih yang dialaminya bersama sesama. Sebagai contoh, kita mentaati sepuluh perintah Allah bukan hanya karena perintah-perintah itu sendiri, melainkan karena kasih kita kepada Bapa Surgawi dan kasih kita kepada saudara serta saudari dalam Tuhan.


KARUNIA PENGENALAN adalah karunia yang memampukan orang “untuk menilai dengan benar dalam hal kebenaran iman sesuai dengan dasar dan prinsip-prinsip dari kebenaran yang telah dinyatakan.” Di bawah bimbingan Roh Kudus, akal budi manusia membuat penilaian yang benar atas barang-barang duniawi dan hubungan antara benda-benda tersebut dengan kehidupan kekal dan kesempurnaan Kristiani. Dengan demikian, karunia ini merupakan suatu pencerahan khusus, yang memampukan orang untuk menyadari kesia-siaan barang duniawi bagi diri mereka sendiri sehingga barang-barang tersebut tidak menjadi penghalang bagi persatuannya dengan Tuhan. Pada saat yang sama, karunia pengenalan memampukan orang untuk melihat melalui karya ciptaan, Tuhan yang menjadikan semuanya. Karenanya, daripada menganggap karya ciptaan sebagai penghalang persatuan dengan Tuhan, jiwa memandangnya sebagai sarana persatuan dengan Tuhan. Dengan demikian, orang melihat bagaimana memanfaatkan karya ciptaan dengan benar dan bahkan dengan cara yang kudus. Lagipula, karunia ini menimbulkan dalam diri orang rasa iman, sensus fidei, artinya orang memiliki insting ilahi tentang ya atau tidaknya sesuatu. Misalnya tentang suatu devosi, apakah sesuai dengan iman atau tidak, meskipun ia tidak pernah mengenyam pendidikan teologi secara formal. Karunia ini menimbulkan beberapa efek yang sungguh bermanfaat bagi pengudusan jiwa: introspeksi diri, memampukan orang melihat keadaan jiwanya; lepas dari kelekatan terhadap hal-hal materi; dan rasa sesal atas penyalahgunaan barang-barang materi atau apabila barang-barang tersebut telah menjadi penghalang hubungannya dengan Tuhan. St. Thomas mengajarkan bahwa karunia pengenalan menghantar orang pada kesempurnaan kebajikan akan iman, tetapi berhubungan juga dengan kesempurnaan kebajikan akan kebijaksanaan, keadilan dan penguasaan diri.


Dengan KARUNIA KEPERKASAAN, orang dapat “mengatasi persoalan-persoalan atau menanggung derita dan sengsara dengan kekuatan dan keperkasaan yang dianugerahkan Tuhan.” Sama seperti karunia-karunia yang lain, karunia keperkasaan bekerja atas dorongan Roh Kudus, dan memberikan kekuatan kepada orang untuk melawan yang jahat serta bertekun demi kehidupan kekal. Karunia ini menghantar keutamaan keperkasaan pada kesempurnaan, mengisinya dengan energi, ketekunan dan ketangkasan. Lagipula, karunia ini mendatangkan kepercayaan akan keberhasilan dalam kebajikan. Sebagai contoh, St. Maximilianus Kolbe tidak hanya memiliki keperkasaan yang mengagumkan dalam bersegera menawarkan nyawanya sebagai ganti nyawa orang lain dan menanggung kematian yang mengerikan, tetapi juga kepercayaan bahwa ia akan berhasil mengatasi kekuasaan si jahat dan memperoleh kehidupan kekal. Terakhir, karunia keperkasaan memampukan orang untuk mengamalkan kebajikan-kebajikan lain dengan gagah berani, untuk menderita dengan tabah dan penuh sukacita, untuk mengatasi segala suam-suam kuku dalam melayani Tuhan.


KARUNIA NASIHAT adalah karunia “untuk membangkitkan ketaatan dan pasrah diri orang pada nasihat Tuhan dalam segala tindakannya demi mencapai kekudusan dan keselamatan.” Terutama, karunia nasihat memampukan orang untuk menilai tindakan pribadi sebagai baik dan harus dilakukan, atau sebagai jahat dan harus dihindari. Nasihat dibuat sesuai pandangan pribadi akan kekudusan dan tujuan akhir rohaninya. Oleh karenanya, karunia ini mendorong orang untuk bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah tindakan ini menghantar pada kekudusan? Apakah tindakan ini menghantar ke neraka?”


Jelaslah, karunia nasihat berhubungan dengan kebajikan akan kebijaksanaan; namun demikian, jika kebajikan akan kebijaksanaan bekerja sesuai dengan akal budi dalam terang iman, karunia nasihat bekerja di bawah bimbingan Roh Kudus. Sebagai konsekuensinya, nasihat yang diberikan mungkin tidak akan dapat dijelaskan dengan akal sehat. Sebagai contoh, teladan St. Maximilianus Kolbe, suatu tindakan pengorbanan diri yang sedemikian itu bagi orang lain merupakan tindakan yang benar dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan jalan pikiran akal sehat yang normal yang menggerakkan orang untuk mempertahankan diri dan bukannya mengorbankan diri.


Juga, karunia nasihat membantu orang menghadapi situasi genting. Sebagai contoh, melalui karunia nasihat, Roh Kudus membantu orang yang sedang menghadapi dilema akan perlunya menjaga rahasia dengan kewajiban mengatakan kebenaran. Karunia nasihat membantu kebajikan akan kebijaksanaan, dan mengarahkannya pada kesempurnaan. Karunia ini juga mendatangkan banyak manfaat: memelihara suara hati yang baik, menyediakan solusi dalam menghadapi situasi-situasi sulit dan tak terduga, serta membantu memberikan nasihat kepada orang-orang lain, terutama dalam hal kekudusan dan keselamatan pribadi.


KARUNIA PENGERTIAN adalah karunia “untuk memberikan pengertian dan pemahaman mendalam akan kebenaran ilahi dalam iman, bukan sebagai pencerahan sementara, melainkan sebagai intuisi tetap.” Dengan pencerahan akal budi terhadap kebenaran, Roh Kudus membantu orang untuk mengerti kebenaran iman dengan mudah dan mendalam, serta memahami kedalaman kebenaran-kebenaran tersebut. Karunia pengertian tidak hanya membantu dalam memahami kebenaran-kebenaran yang telah dinyatakan, tetapi juga kebenaran-kebenaran alamiah sejauh mereka berhubungan dengan akhir hidup rohani. Kualitas terpenting dari karunia ini adalah “memahami intuisi” - dalam beberapa hal menjangkau yang tak nampak. Karunia ini, yang memberikan pemahaman akan kebenaran-kebenaran iman, bekerja dalam beberapa cara: menyingkapkan makna tersembunyi dalam Kitab Suci; mengungkapkan makna simbol-simbol dan bilangan (seperti St. Paulus memandang Kristus sebagai pemenuhan akan batu karang dalam kisah Keluaran yang memancarkan air untuk melegakan dahaga bangsa Israel (1Kor 10:4); menunjukkan tangan Tuhan yang berkarya dalam hidup manusia, bahkan dalam peristiwa-peristiwa yang paling misterius atau penuh persoalan hidup (misalnya penderitaan); dan mengungkapkan kebenaran rohani yang tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa (misalnya pemahaman akan misteri kurban Kristus dalam ritual Misa). Karunia ini menghantar kebajikan akan iman pada kesempurnaan. Karenanya, St. Thomas mengatakan, “Dalam hidup ini, apabila mata rohani dimurnikan oleh karunia pengertian, orang dapat dengan suatu cara tertentu melihat Tuhan” (Summa theologiae II-II, q. 69, a. 2, ad. 3).


Yang terakhir dari ketujuh karunia adalah KARUNIA KEBIJAKSANAAN yaitu “untuk menilai dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan norma-norma ilahi dan dengan kewajaran yang memancar dari persatuan kasihnya dengan Tuhan.” Roh Kudus membantu mengkontemplasikan perkara-perkara ilahi, memampukan orang untuk bertumbuh dalam persatuan mesra dengan Tuhan. Dengan karunia kebijaksanaan, bahkan suatu “jiwa yang tak berpendidikan” dapat memiliki pengetahuan ilahi yang sangat mendalam. Sebagai contoh, St. Theresia dari Liseux tidak memiliki pendidikan formal dalam teologi, namun demikian ia memiliki kebijaksanaan dalam mengenal jalan-jalan Tuhan; oleh karena alasan ini, ia digelari Pujangga Gereja.


Sementara karunia kebijaksanaan membantu mengkontemplasikan perkara-perkara ilahi, karunia ini juga mendukung praktek kebijaksanaan praktis. Karunia kebijaksanaan menerapkan ilham-ilham Tuhan untuk menilai baik perkara-perkara duniawi maupun ilahi. Karenanya, karunia ini mengarahkan tindakan-tindakan manusia agar sesuai dengan yang ilahi.


Karunia kebijaksanaan mendatangkan banyak manfaat: dengan karunia ini orang akan melihat serta mengevaluasi segala hal - baik sukacita ataupun dukacita, kegembiraan ataupun penderitaan, keberhasilan ataupun kegagalan - dari sudut pandang Tuhan, serta menerima semuanya dengan ketabahan. Dengan kebijaksanaan, segala hal, bahkan yang terburuk sekalipun, dipandang sebagai memiliki nilai rohani. Misalnya, karunia kebijaksanaan memberikan penghargaan kepada kemartiran. Di sini, orang diangkat melampaui kebijaksanaan dunia ini, dan tinggal dalam kasih Allah. Sebab itu, karunia kebijaksanaan mendatangkan kesempurnaan cinta kasih.


Karunia-karunia Roh Kudus tak diragukan lagi merupakan karunia-karunia yang teramat penting bagi kekudusan dan keselamatan kita. Setiap umat Kristiani yang dibaptis dan dikuatkan dalam Krisma sepatutnya memohon dengan sangat kepada Roh Kudus untuk mengobarkan karunia-karunia ini dalam jiwanya. Bapa Suci kita, Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Dengan karunia-karunia dan kualitas seperti ini, kita siap sedia menghadapi segala macam tugas dan cakap mengatasi segala macam kesulitan.”


Doa Mohon Ketujuh Karunia Roh Kudus


* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College in Alexandria and pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.

sumber : “Straight Answers: Gifts of the Holy Spirit” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2001 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Sumber : Question

Karunia-karunia Roh Kudus

Sabda Hidup (April-Juni 2004)
Karunia-karunia Roh Kudus
(The Gifts Of The Holy Spirit)


Topik tentang Karunia Roh Kudus merupakan salah satu topik Alkitab yang sulit. Karena itulah tidak heran jikalau banyak pengertian atau interpretasi yang keliru tentang topik ini terlebih di kalangan denominasi. Dalam belajar setiap topik Alkitab janganlah kita terlebih dahulu memihak pendapat seseorang. Hal itu akan mengakibatkan kita menutup pintu pikiran kita untuk menerima pendapat yang lain. Bukan berarti tidak boleh kita membaca dan memegang pendapat atau ide orang lain, silakan tetapi pendapat tersebut mestinya harmonis dengan Firman Tuhan. Sebab itu himbauan saya agar kita mempunyai hati yang terbuka dan belajar bersama lewat tulisan ini.
Berbicara tentang karunia-karunia Roh, saya akan membahas beberapa hal di bawah ini:
1. Jenis-jenis karunia Roh dan artinya.
2. Tujuan mengapa karunia-karunia Roh itu diberikan.
3. Bagaimana cara untuk memperoleh karunia-karunia Roh itu.
4. Durasi (jangka waktu berlakunya karunia Roh itu).


Jenis-jenis Karunia Roh Kudus dan Artinya

Berdasarkan 1 Korintus 12:7-11, kita dapat mengetahui adanya sembilan jenis karunia Roh Kudus yaitu:
1. Berkata-kata dengan hikmat.
Kata hikmat adalah Sofias dalam bahasa Yunani yang berarti hikmat atau kecerdasan. Hikmat yang demikian inilah yang diminta Salomo dari Allah sehingga dia mampu untuk menyelesaikan perkara dua orang perempuan sundal yang memperebutkan seorang anak (1Raja-raja 3:16-28). Yesus menubuatkan tentang penderitaan dan penganiayaan yang akan menimpa murid-muridNya sehingga Dia berkata Apabila kamu diperhadapkan kepada pemimpin-pemimpin jangan kuatir sebab Roh Kudus yang akan mengatakan perkataan-perkataan yang akan kamu ucapkan (Matius 10:28). Pada masa infansi gereja itu tentu hikmat atau kecerdasan untuk mengarahkan gereja itu sangat dibutuhkan terlebih apabila dilihat dari sisi para penolak-penolak kekristenan yaitu orang-orang Yahudi dan kafir. Tanpa mendapat hikmat dari Allah maka para rasul tidak akan dapat memberikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh Jemaat abad pertama yaitu adanya sikap pandang rupa dalam memberikan kebajikan kepada janda-janda dengan melalaikan janda-janda keturunan Gerika (Kisah rasul 6).

2. Berkata-kata dengan Pengetahuan.
Kata pengetahuan dalam hal ini berasal dari kata Gnoseos (bahasa Yunani) yang dapat berarti pengetahuan atau mengingat-ingat. Roh Kudus memberikan kemampuan bagi orang percaya untuk mengingat perkara-perkara yang telah dikatakan oleh Yesus pada saat bersama-sama dengan mereka. Hal itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Yesus yang akan dilakukan Roh Kudus apabila Roh Kudus turun (Yohanes 14:26) “...... ialah akan mengajarkan kepadamu segala perkara itu dan akan mengingatkan kamu segala sesuatu yang Aku sudah katakan kepadamu.” Allah tidak ingin agar FirmanNya itu dilupakan begitu saja melainkan Dia menginginkan agar firmanNya itu tetap disimpan didalam hati setiap orang yang percaya (Kolose 3:16-17).

3. Karunia untuk Menyembuhkan.
Dalam Kisah Rasul 3, Lukas menuliskan penyembuhan seorang timpang yang dilakukan Petrus dan Yohanes pada pintu gerbang Bait Allah yang bernama Pintu Elok. Dalam ayat 6 Petrus berkata agar didalam nama Yesus orang tersebut dapat berjalan. Selanjutnya didalam ayat 7 dikatakan seketika (segera) itu juga dia berjalan dan tidak hanya itu saja melainkan dia juga meloncat sebagai tanda bahwa dia sembuh total. Petrus tidak harus teriak-teriak didalam nama Yesus lalu kelumpuhan itu berangsur-angsur pulih seperti yang dilakukan semua orang-orang yang mengatakan dirinya dapat melakukan penyembuhan. Karunia penyembuhan bukan semata-mata bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Karena jikalau demikian Paulus selayaknya telah menyembuhkan Teropimus yang ditinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus (2 Timotius 4:20). Mengapa dia tidak menyembuhkan padahal dia dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit? Karena karunia penyembuhan itu bukan menjadi tanda kepada orang percaya melainkan kepada orang yang tidak percaya.

4. Karunia Iman.
Karunia iman ini ditujukan kepada cara bagaimana seseorang itu percaya yaitu dengan mendengarkan firman Allah (Roma10:17) tentunya firman yang disampaikan langsung oleh Roh Kudus terhadap seseorang. Dalam tulisannya Paulus berkata “Roh Kudus berkata” (1 Timotius 4:1 ; Ibrani 3:7). Ini berarti bahwa adakalanya Roh Kudus berbicara langsung terhadap seseorang Kristen yang menjadikan iman orang itu semakin bertambah.

5. Karunia Mengadakan Mujizat.
Dalam teks ini kata mujizat berasal dari kata Yunani yaitu Dunaneon yang berarti kuasa atau kekuatan. Kata dunaneon ini biasanya ditujukan kepada ledakan yang maha dasyat tetapi juga ditujukan kepada suatu tindakan yang maha menakjubkan karena bersifat diluar kekuatan normal (supranatural). Kekuatan yang demikian hanya dimiliki oleh Allah. Nikodemus percaya kepada Sabda Kristus sesudah dia melihat mujizat (Yohanes 3:1, 2). Simon tukang sihir juga percaya kepada Pilipus sesudah dia melihat mujizat (Kisah Rasul 8:13).

6. Karunia bernubuat.
Dalam teks ini kata bernubuat adalah Propheteia yang berarti; 1. Menyatakan hal-hal yang pasti akan terjadi pada hari yang akan datang. 2. Ditujukan untuk mengajar. Dalam teks ini arti bernubuat cenderung ditujukan kepada tindakan seseorang yang mengajarkan firman Allah sesuai dengan apa yang dinyatakan Roh Kudus kepadanya. Hal itu dengan jelas digambarkan Paulus dalam 1 Korintus 4:4, 29-31.

7. Karunia untuk Membedakan Roh.
Karunia seperti ini ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk membedakan pengajaran. Dalam 1 Yohanes 4:1, 2 Yohanes menasehatkan orang Kristen abad pertama untuk menguji roh (pengajaran), tentu mereka harus mendapat karunia Roh agar dapat melakukannya.

8. Karunia Bahasa Roh.
Ditujukan kepada kemampuan seseorang berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Hal itu dikaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang tertentu agar pemberitaan injil itu tidak terkendala hanya karena bahasa. Contoh yang tepat untuk ini terdapat pada Kisah Rasul 2:1-8.

9. Karunia untuk mengartikan Bahasa Roh.
Ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk mengartikan maksud firman Allah yang disampaikan oleh seseorang yang mendapatkan karunia bahasa Roh dan bukan berarti menterjemahkan.

Tujuan Karunia Roh Kudus

Karunia-Karunia Roh Kudus diberikan oleh Roh Kudus dengan tujuan tertentu, dan tujuan itu dapat dibagi dalam tiga bagian besar yaitu:
1. Bertujuan untuk meneguhkan Sidang Jemaat (1 Korintus 14:2). Paulus berkata dalam Roma 10:17 bahwa iman itu timbul oleh sebab mendengar Firman Allah yang dilakukan Allah dengan memberikan karunia Roh Kudus yaitu bernubuat (mengajar) firman Allah. Sebagai hasil pengajaran itu Sidang Jemaat akan semakin teguh didalam iman. Sebaliknya jikalau Roh Kudus tidak memberikan karunia bernubuat kepada seseorang dari anggota jemaat, maka pengajaranpun tidak ada dan sebagai akibatnya iman atau keyakinan Jemaat itupun jadi rapuh dan mengarah kepada gaya hidup duniawi serta mengikuti ajaran-ajaran yang kontradiksi dengan firman Allah.

2. Bertujuan untuk meneguhkan individu.
Allah sangat peduli terhadap perorangan maupun kelompok. Untuk meneguhkan iman seseorang itu Roh Kudus mengaruniakan:
Iman - tentu melalui perkataan yang dikatakan langsung oleh Roh Kudus itu kepada yang bersangkutan. Paulus mendengar Roh Kudus berbicara kepadanya secara langsung, 1 Timotius 4:1, “.... Roh Kudus berkata dengan jelasnya ....” Hal ini tentu akan menjadi nilai plus bagi seseorang yang mengalami hal yang demikian yang kemudian akan menjadikan imannya semakin kuat.

3. Untuk meneguhkan firman Allah.
Objek pemberitaan firman Allah yang memerlukan karunia Roh ini adalah orang-orang yang tidak percaya. Jikalau mereka sudah melihat sesuatu yang menakjubkan diluar dari kemampuan manusia (kekuatan supranatural) maka umumnya mereka akan percaya. Nikodemus percaya kepada Yesus Kristus sesudah melihat mujizat yang dilakukan oleh Yesus (Yohanes 3:1, 2). Dalam Markus 16:15-20 Yesus menyuruh murid-muridNya untuk memberitakan Injil. Yesus mengetahui bahwa pemberitaan itu akan kurang mendapat respon apabila tidak disertai tanda-tanda ajaib, Itulah sebabnya dalam ayat 20 dikatakan bahwa tanda-tanda ajaib itu meneguhkan pemberitaan mereka. Hasil yang pertama dari pemberitaan yang disertai dengan mujizat terdapat dalam Kisah Rasul 2:1-41, yaitu dibaptiskannya kira-kira 3000 orang yang percaya setelah mereka melihat mujizat Allah.

Cara Untuk Menerima Karunia Roh Kudus

Dalam Alkitab Perjanjian Baru kita mendapat informasi bahwa ada dua cara untuk menerima karunia-karunia Roh itu. Yang pertama adalah melalui baptisan Roh Kudus. Sebelum kenaikanNya ke surga, Yesus telah berpesan kepada rasul-rasul itu agar tidak meninggalkan Yerusalem karena mereka akan menerima janji Allah, dimana Yohanes membaptiskan dengan air tetapi mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus (Lukas 4:48; Matius 3:11; Kisah Rasul 1:4, 5). Selanjutnya dalam Kisah Rasul pasal dua dinyatakan bahwa pada hari raya Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus, rasul-rasul dipenuhi dengan Roh Kudus yang memenuhi tempat mereka berhimpun yang turun menyerupai lidah api. Sebagai hasilnya rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus (baptisan Roh Kudus) dan mendapat salah satu karunia Roh yaitu berkata-kata dalam bahasa lain. Hal yang sama juga dialami oleh keluarga Kornelius. Ketika Petrus menyampaikan Firman Allah, Roh Kudus turun ke atas sekalian orang yang mendengar (Kornelius dan kaum keluarganya) (Kisah Rasul 10:24), persis seperti yang terjadi pada Kisah Rasul 2:1-4. "Dapatkah seorang menegahkan air itu daripada membaptiskan orang yang sudah menerima Roh Kudus sama seperti kami ini?" (Kisah Rasul 10:47). Sebagai konsekuensi kejadian tersebut, keluarga Kornelius berbicara di dalam berbagai-bagai bahasa sehingga orang-orang yang datang dengan Petrus-pun heran dan berkata bahwa Allah-pun mencurahkan RohNya kepada orang kafir yang juga adalah penggenapan nubuatannya di dalam Yoel 2:28-30.

Kemudian cara yang ke-dua adalah dengan penumpangan tangan rasul. Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul akan mendapat karunia Roh Kudus. Tentu penumpangan itu bukan atas kemauan rasul itu sendiri melainkan Roh Kudus, “Tetapi sekaliannya itu dikerjakan oleh Roh yang Satu itu juga dengan membahagi-bahagi kepada masing-masing, sebagaimana kehendak-Nya” (1 Korintus 12:11).
Contohnya: (1) Kisah Rasul 6:1-5, salah satu dari tujuh saudara yang dipilih itu melakukan tanda-tanda mujizat di Samaria sebagai konsekuensi tumpangan tangan rasul. (2) Kisah Rasul 19:1-7, orang Kristen di Efesus mendapat tumpangan tangan dari Paulus dan mereka bernubuat dan berkata-kata dalam berbagai bahasa.
Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul tidak dapat menumpangkan tangan ke atas orang lain sehingga orang tersebut mendapat karunia Roh. Hal itu menjadi penyebab sehingga Petrus dan Yohanes harus turun ke Samaria untuk menumpangkan tangan ke atas orang-orang yang telah dibaptis pada waktu mendengarkan khotbah Pilipus yaitu salah seorang diantara tujuh orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul pada Kisah Rasul 6. Sesudah semua rasul dan orang-orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul meninggal, maka karunia-karunia Roh berhenti.

Jangka waktu (durasi) berlakunya Karunia Roh Kudus

Satu hal yang perlu kita ingat bila kita berbicara tentang masa berlakunya karunia-karunia Roh Kudus yaitu bahwa Allah selalu merencanakan pekerjaanNya dengan teratur. Maksudnya ialah bahwa dalam pekerjaanNya Dia telah menetapkan; (1) Kapan pekerjaan itu dimulai; (2) Bagaimana memulai; (3) Apa yang dibutuhkan (diperlukan) untuk memulai dan menindak-lanjuti; (4) Berapa dan apa harga yang harus dibayar; (5) Berapa-lama pekerjaan itu akan berlangsung. Semua hal-hal di atas dapat dikaji dengan jelas dan nyata di dalam penciptaan alam semesta, dimulai pada hari pertama dan berakhir pada hari ke-enam, selanjutnya kesinambungan kehidupan di dalam alam semesta terjadi secara alami. Contoh yang lain adalah dalam pemberian hukum. Pada mulanya Allah memberikan hukumNya kepada kepala-kepala keluarga yang dikenal dengan zaman Bapa-bapa (zaman Patriakh). Zaman (periode) ini berakhir pada zaman Yakub (hukum tersebut mengikat non Yahudi ketika Allah memberikan hukum Taurat bagi orang Yahudi melalui Musa) di gunung Sinai. Hukum inilah yang dilakukan oleh Kornelius (Kisah Rasul 10) sehingga doa dan amal serta rasa takutnya kepada Allah diperkenankan Allah. Dalam hal ini pada waktu Allah memberikan hukumNya kepada bangsa Israel (Yahudi) maka non Yahudi diikat oleh hukum yang diberikan pada zaman Bapa-bapa, tetapi ini hanya untuk periode tertentu, yang kita tahu bahwa kedua hukum itu berakhir pada waktu Yesus disalibkan (Efesus 2:15, 16) dan kemudian lahirlah hukum yang baru yaitu hukum Kristus (Galatia 3:27, 28; 1 Korintus 9:28, “.... aku takluk dibawah hukum Kristus ....”).

Hukum Taurat sudah berakhir dan tidak lagi mengikat manusia, dimulai pada hari Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus (hukum Taurat itu hanya bersifat sementara, Galatia 3:23-25). Jikalau hukum Taurat itu masih mengikat dan dapat menyelamatkan manusia, mengapa Paulus yang dahulu disebut Saul meninggalkan ritual-ritual yang diperintahkan di dalam hukum Taurat dan dibaptiskan untuk jalan keampunan dosa yang tidak pernah diperintahkan didalam hukum Taurat? Karena periode hukum Taurat dan prinsip yang diberikan pada zaman Bapa-bapa sudah berakhir maka siapa saja yang mencoba untuk mendapatkan (mencari) keselamatan melalui salah satu hukum tersebut tidak mendapat bagian di dalam pengorbanan Kristus (Galatia 4:4, 5; Kisah Rasul 17:30).

Rasul-rasul dan Sidang jemaat bertangung-jawab untuk memberitakan Injil itu yang merupakan kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (Efesus 3:10; Kisah Rasul 8:3, 4; Roma 1:16). Yesus mengetahui batas kemampuan murid-muridNya dalam mengemban misi ini, yaitu kemampuan untuk mengingat segala perkataan yang dikatakan Yesus dan juga ketidak-yakinan orang-orang yang mendengarkan pengajaran Injil itu. Untuk mengantisipasi hal ini Yesus berjanji bahwa Bapa akan mengutus Roh Kudus untuk mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Yesus kepada mereka (Yohanes 14:26), tentu dengan memberikan karunia-karunia Roh. Tetapi sistim itu hanya bersifat temporer (sementara). Paulus berkata di dalam 1 Korintus 13:8-10 bahwa:

1. Kasih tiada berkesudahan tetapi nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti dan pengetahuan akan lenyap.

2. Tiga jenis karunia Roh di atas merupakan wakil dari enam karunia Roh lainnya yang di dalam istilah Theologia disebut Sinokdoke. Hal itu berarti jikalau satu saja berakhir dari karunia Roh itu, maka yang lainpun ikut berakhir.

3. Paulus menyatakan alasan mengapa karunia-karunia Roh itu berlaku - yaitu karena pengetahuan mereka tidak lengkap dan nubuat (pengajaran) mereka tidak sempurna. Paulus mengatakan ke dua hal di atas tidak sempurna adalah karena ditujukan kepada mtode untuk mendapatkan pengetahuan dan untuk usaha menyampaikan pengajaran - dimana mereka tergantung dengan ilham atau karunia Roh Kudus itu. Sekalipun mereka berhasrat untuk memberitakan tetapi jikalau mereka tidak mendapat ilham, maka mereka tidak berbuat apa-apa, “.... Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1 Korintus 12:11). Dan di dalam 1 Korintus 14:1-31 dengan jelas Paulus mengatakan kepada kita bahwa karunia itu diberikan kepada seseorang tentu sesuai dengan keinginan dan kualitas kehidupan rohani seseorang.

4. Paulus mengatakan waktu berakhirnya karunia Roh itu yaitu apabila yang sempurna itu tiba. Kata sempurna di dalam teksnya di dalam bahasa Yunani yaitu to teleion - yaitu sebuah kata benda yang berjenis kelamin netral. Alkitab berada di dalam jenis kelamin yang sama, jadi kemungkinannya adalah apabila kitab itu sudah sempurna atau sudah lengkap dan tertulis yang dapat dipakai sebagai kanon pengajaran dan prilaku (aksi) maka karunia-karunia Roh Kudus itu tidak lagi berlaku. Barang siapa yang mengaku bahwa dia mendapat salah satu karunia Roh itu, maka dia hanya berupaya untuk menipu orang (2 Tesalonika 2:8, pengajar palsu datang dengan tanda-tanda mujizat palsu), yang harus berteriak-teriak sampai parau agar orang lumpuh bisa perlahan-lahan berdiri lalu lumpuh lagi yang sangat berbeda dengan mujizat Allah lewat Petrus hambaNya (Kisah Rasul 3:1-8). Petrus hanya berbicara serta menegakkan dia berdiri dan yang lumpuh itupun berdirilah dan meloncat-loncat pada saat Petrus berkata berdiri dan tidak lumpuh lagi serta mengikut Petrus dan Yohanes. Kesimpulan

Sebelum bayi berjalan dengan kedua kakinya, dia merangkak dengan bantuan ke-dua tangannya. Tetapi apabila dia sehat dan bertumbuh dengan baik jadilah dia balita. Dia tidak mempergunakan tangannya lagi untuk merangkak melainkan dengan gagahnya dia berlari kian kemari dengan kedua kakinya. Roh Kudus menjadi pembimbing bagi orang Kristen pada abad pertama pada masa infansi gereja itu dengan cara melengkapi gereja itu dengan berbagai-bagai karunia sesuai dengan yang Dia inginkan. Walau demikian Roh Kudus dalam waktu yang bersamaan juga mengilhami orang-orang tertentu untuk menuliskan firman Allah yang selanjutnya akan dipakaiNya sebagai sarana untuk membimbing orang Kristen. Karunia- karunia Roh Kudus hanya bersifat temporer dan bukan untuk selama-lamanya, yang berakhir ketika firman Allah itu sudah tertulis dengan sempurnanya dan orang -orang yang mendapat tumpangan rasul itu meninggal.

Pustaka acuan:
1. Barclay M. Newman Jr., Kamus Yunani-Indonesia, P.T. BPK. Gunung Mulia
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi II 1991, Balai Pustaka.
3. Kurt Aland, Matthew Black, The Greek New Testament, edisi III, 1983, United Bible Sociaties



Sumber : Question